Ini Salah Satu Senjata Prabowo Hajar Jokowi di Debat Capres Kedua Malam Ini

Namun, perdebatan menghangat dalam rapat karena ada klaim surplus produksi. Darmin pun menggelar rapat pada 15 Januari 2018. Waktu itu, stok berkurang menjadi 903 ribu ton. Itu artinya, dalam 10 hari, stok beras berkurang 75 ribu ton. Mengapa demikian? Sebab, pemerintah harus menggelar operasi pasar untuk menekan kenaikan harga.

Menurut dia, ada yang pihak yang mengklaim produksi beras selama tiga bulan mencapai 17,7 juta ton. Jumlah itu banyak, namun stok Bulog hanya 903 ribu ton. Oleh karena itu, pemerintah memutuskan mengimpor 500 ribu ton beras.

Pemerintah kemudian kembali menggelar rapat pada 19 Maret 2018. Saat itu, stok Bulog tinggal 590 ribu ton. Stok tidak bertambah karena impor 500 ribu ton pada Januari tidak masuk.

Alasannya, negara eksportir juga melakukan panen pada Maret. Persiapan ekspor pun membutuhkan waktu lama. Bulog memiliki standar tersendiri.

Kemudian, lanjut Darmin, pada 28 Maret, pemerintah kembali menggelar rapat. Waktu panen raya sudah hampir berakhir. Stok Bulog sedikit meningkat menjadi 649 ribu ton. Oleh karena itu, pemerintah memutuskan mengimpor 1 juta ton lagi. Harga beras medium pun turun menjadi Rp 11.036/kg.

Kemudian pada rapat terbaru pekan ketiga Agustus lalu, stok Bulog 2,2 juta ton. Namun, menurut Darmin, jumlah itu sudah termasuk impor meski belum semuanya masuk.

Ekonom senior Faisal Basri menjelaskan, jumlah impor beras 2018 ini menurut Faisal melonjak dibandingkan 2017, dan merupakan impor beras terbesar sepanjang era Jokowi-JK.