Istrinya jadi Narsum Dampak Buruk Jilbab, Guntur Romli: Dia Lulusan Ilmu Hadits, Bapakku Kiai, Mertuaku Kiai

 Serangan pada istriku karena wawancaranya dengan DW soal anak-anak kecil yang dipakaikan jilbab. Istriku hanya berpendapat, apa yang ia ketahui, apa yang ia yakini, apa yang ia rasakan, apa yang ia resahkan. Tapi bukan dialog setara yang muncul, justeru makian, fitnah dan hujatan.

 Istriku gusar dan bertanya-tanya “Apakah negeri kita sudah tidak terbiasa dengan perbedaan pendapat? Sudah tidak bisa terima dengan perbedaan pendapat? Itu kan pendapat ku, apa sudah tidak boleh berpendapat? Mengapa yang kencang adalah bullyan bukan pendapat lain yang bisa aku pertimbangkan?”

 Iya. Aku juga merasa kegusaran yang sama.

 Aku pun dicolek-colek sebagai suaminya. Apa pendapat dan sikap ku tentang hal itu.

 Ingin kutegaskan:

 Aku sangat menghormati dan menghargai pendapat dan sikap istriku, apa pun pilihannya, aku mencintainya.

 Sebelum kenal dengan dia, Nong Darol Mahmada adalah aktivis dan pemikir yang tangguh dan bertanggung jawab baik secara keilmuan dan pengalaman. Dia alumnus pesantren Cipasung 6 tahun, keluarganya mengasuh pesantren hingga saat ini. Bapaknya seorang kiai yang mumpuni.

 Nong Darol Mahmada juga alumnus UIN Syarif Hidayatullah Jurusan Tafsir Hadis. Skripsinya tentang Jilbab. Jadi pendapatnya soal jilbab punya otoritas baik dari keilmuan hingga pengalaman, apalagi dia seorang perempuan.

 Aku tak tahu, yang sekarang sangat keras menghujatnya apa punya otoritas keilmuan, latar belakang pengalaman dan sudah menyiapkan sederet argumentasi?

 Kalau hanya maki-maki dan menghujat memang mudah. Karena itu mereka terlalu gampang mengumbarnya.

 Ada yang tidak setuju dengan pendapatnya, itu biasa-biasa saja. Karenanya dibuka dialog. Istriku bukan penjabat publik, bukan pula pengambil keputusan, pendapatnya adalah pendapat warga biasa, yang mengungkap keresahan apa yang dialaminya.

 Untuk isu ini aku hanya ingin menambahkan soal budaya yang umum di kalangan masyarakat Timur Tengah yang dicitrakan sangat korservatif untuk isu jilbab, bahkan di kalangan yang disebut rigid, sangat mudah kamu googling saja: anak-anak perempuan kecil tak ada yang dipakaikan jilbab, hingga di Saudi sekali pun!

 Jilbab dipakaikan ke anak-anak perempuan yang mulai besar, terkait menutupi bagian-bagian apa yang disebut dengan aurat, ini biasanya saat mereka memasuki sekolah dasar (madrasah ibtida’iyyah) tetapi di sekolah kanak-kanak (rawdlatul athfal) tidak ada dipakaikan jilbab. Kamu sangat mudah menemukan di google ibu-ibu dengan cadar bersama anak-anak kecil permpuan mereka yang memakai baju-baju lucu pinky dengan barbie, ariel, dan karakter-karakter lainnya.