JasMerah! Satu Tahun Penggusuran Ribuan Pribumi Kampung Akuarium oleh Ahok

Eramuslim.com – 11 April Setahun lalu, sekitar 2400 warga dari sekitar 400 KK di Kampung Aquarium, Penjaringan, Jakarta Utara menangis menjerit tiada daya, bahkan darah mengalir di mana-mana saat rumah-rumah tembok yang sudah turun temurun mereka tinggali diluluhlantahkan dengan alat-alat berat yang dikawal ribuan Satpol PP dan Polisi.

Inilah tragedi kemanusian paling menyedihkan di Indonesia, bukan saja karena rumah mereka dihancurkan oleh Petahana, tapi masa depan anak-anak di sini ikut berantakan, karena rumah mereka dihancurkan persis saat anak-anak ini tengah menghadapi ujian sekolah.

Padahal penduduk sempat meminta supaya anak mereka diberi kesempatan utk ikut ujian dulu, tapi petahana tetap tidak mau mendengar.

Petahana menyediakan rumah susun, tapi dari sisi jumlah tidak memadai , belum lagi jarak yang begitu jauh (40 kilometer) dari lokasi sekarang, padahal mereka mencari makan di sekitar tempat mereka sekarang, karena kebanyakan mereka nelayan, pedagang ikan, sopir dll.

Jarak 40 KM itu kalau di Jakarta harus ditempuh selama 3 jam. Bisa dibayangkan nelayan atau para pekerja setiap hari harus menempuh waktu 3 jam kalau mereka tinggal di rumah susun.

Yang lebih sedih juga anak-anak sekolah yang bersekolah di sekitar Kampung Aquarium, akhirnya harus putus sekolah karena untuk memindahkan ke lokasi dekat rumah susun membutuhkan biaya besar.

Dari 2400 warga itu hanya seperempatnya yang tertampung di Rusun, dan lainnya di rumah saudara atau keluarganya dan yang tidak memiliki saudara bertahan di puing-puing.

Jaringan Merah Putih, salah satu LSM yang membantu memberikan tenda beberapa buah, dan mengirimkan makanan setiap hari sampai mereka terbiasa hidup di atas puing-puing.

Kondisi mereka sekarang yang di Rusun pun pada kembali lagi ke Kampung Aquarium. Rusun itu hanya 3 bulan tidak bayar, selebihnya mereka harus bayar sewa, uang darimana? Dan yang di tenda juga masih bertahan, dan para nelayan juga masih tinggal di perahu-perahu atau di gubuk-gubuk yang mereka buat untuk berteduh keluarga mereka.

Kisah memilukan ini ada di ibu kota NKRI, DKI Jakarta. Jadi kalau ada yang bilang mereka hidup lebih baik setelah digusur, datanglah langsung Kampung Aquarium, mereka akan memperingati satu tahun penggusuran rumah, tempat tinggal mereka. (*)

*Naniek Sudaryati Deyang, Penulis adalah pemerhati masalah sosial politik dan aktivis Jaringan Merah Putih.