Jenderal Tak Mungkin Menyerang Dia yang Sekarat

Eramuslim.com – Para pendukung Jenderal kesal. Bertanya-tanya. Tak habis pikir. Mengapa sang Jenderal tak menyerang? Padahal lawannya sudah tak punya daya. Cukup sekali colek, lawan itu akan jatuh tersungkur. Kalah telak.

Tapi sang Jenderal benar-benar punya hitungan sendiri. Ia diserang secara pribadi, tetapi cukup tersenyum. Bahkan saat yang ditanya memberikan jawaban gak nyambung, Sang Jenderal tetap kalem. Santai. Woles.

Penonton perdebatan pun akhirnya memutuskan bawah Jenderal kalah. Jenderal tak kuasa membalas serangan lawan.

Jenderal jelas tidak menyerang lawan bicaranya. Ia paham etika. Ia mengerti tata krama. Meski berkali-kali disinggung pribadinya, Jenderal tak masalah. Baginya, masalah bangsa jauh lebih besar.

Maka sang Jenderal kalem. Ia ingin mengukir sejarah. Ia ingin menunjukkan kepada anak bangsa, bahwa menyerang pribadi bukan sikap kesatria, bahwa menyerang sesama anak bangsa bukan sikap dan kepribadiannya.