Jokowi, Propaganda Rusia, dan Rand Corporation

Pernyataan Jokowi soal Propaganda Rusia ini sendiri, dapat juga nantinya mewarnai hubungan kita dengan Amerika. Sebab, Propaganda Rusia ini dikaitkan adanya campur tangan Rusia dalam memenangkan Trump pada 2016 lalu.

Anti Trump menyebutnya sebagai “foreign attack on US democracy,” dan mereka menuntut adanya investigasi serta perlawanan terhadap Propaganda Rusia.

Investigasi itu diejek Trump sebagai “witch hunt” (perburuan penyihir). Gardiner Harris dalam  tulisannya “State Dept. Was Granted $120 Million to Fight Russian Meddling. It Has Spent $0,” Nytimes.com,  4/3/2018 mengulas keengganan pemerintah Trump melakukan counter atas Propaganda Rusia itu.

Pertanyaan kedua kita menyangkut rujukan Jokowi pada opini yang dibahas Rand Corp.

Rand (dari singkatan Research and Development) adalah lembaga pemikir/an yang berdiri pada tahun 1948, di Santa Monika, USA, untuk awalnya membantu pemerintah Amerika menghadapi Uni Soviet. Misi Rand menurut Alex Abella dalam “The Soldiers of Reason”, adalah untuk menciptakan satu dunia satu pemerintahan yang dipimpin Amerika.

Rand mempunyai andil besar dalam membangun “military industrial complex”, dominasi Amerika di Timur Tengah, perang nuklir, perang Amerika dalam isu anti-jihad dan terorisme, anti-Rusia dan anti-China, dan lain sebagainya.

Rand dalam katagori politik Amerika selama ini dianggap bipartisan, tidak memihak antara Demokrat vs. Republik.

Namun, menurut Danielle Kurtzleben, dalam artikelnya “Think Tank Employees Tend to Support Democrats”, 3/3/2011, U.S.News,mayoritas pemikir di RAND memihak Partai Demokrat.