Kemerdekaan, Antara “Iyyaaka Na’budu” dan “Iyyaaka Nasta’iin”

Eramuslim.com – Aku ucapkan :
Selamat wahai negeriku, walaupun aku khawatir dengan keselamatanmu.

Aku sampaikan :
Selamat wahai bangsaku, meskipun berbagai kepentingan sedang mencabik-cabikmu.

Aku katakan :
Merdeka wahai negaraku, padahal rakyatmu masih harus mencari diksi dan narasi tersembunyi guna menghindari pasal demi pasal pengantar ke jeruji besi.

Termaktub dalam tiang utama penyangga tegakmu bahwa kelahiranmu adalah berkat rahmat ilahi.
Entah nasib mana yang menunggumu ketika kehadiran nama Penciptamu menjadi tabu, membuat bisu dan diburu.

“Merdeka atau mati” menggulung dalam hati namun enggan tersusun menjadi huruf, rangkaian kata dan susunan kalimat karena dalam kemerdekaanmu, tak banyak yang menemukan kehidupan.

Terlalu mahal bila “kematian” menjadi tebusan “merdeka dalam penindasan”, “merdeka dalam pembangkangan kepada Pemberi Rahmat Kemerdekaan” dan “merdeka dalam berbuat fasad dan kemungkaran”.

Entah kapan akan pulih kesadaranmu wahai negeriku bahwa memproklamirkan kemerdekaanmu bukanlah tujuan tapi jalan mencapai cita-cita yang menjadi dambaan yaitu:

“Sempurna dalam penghambaan kepada Allah swt Pemberi Kemerdekaan”.

Jika tuan-tuan mau, bacalah firman Allah swt:

{وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ} [الذاريات : 56]

“Dan tidak lah aku ciotakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menghambakan diri kepada-Ku”. (QS. 51:56)

(end/swamedium)