Kibarkan Bendera Israel Merampas Panggung Merince Kagoya Finalis Miss Indonesia 2025

PEMBELAAN MERINCE KAGOYA soal Video Kibarkan Bendera Israel, Ungkap  Perjuangan 4 Bulan

Eramuslim.com – Merince Kogoya, finalis Miss Indonesia 2025 dari Papua Pegunungan, harus mengubur mimpinya setelah didiskualifikasi dari kontes kecantikan bergengsi itu. Alasannya bukan soal penampilan, intelektualitas, atau prestasi—melainkan sebuah video lama yang menunjukkan dirinya menari sambil mengibarkan bendera Israel.

Merince mengaku kecewa. Ia menjelaskan bahwa pengibaran bendera itu adalah ekspresi iman, bukan dukungan terhadap kebijakan politik Israel. Aksi itu terjadi dalam sebuah acara rohani Sion Kids Movement, komunitas keagamaan yang telah 19 tahun rutin mengadakan festival dengan simbol-simbol Israel sebagai bentuk penghormatan terhadap akar spiritual Kekristenan mereka.

“Saya setia pada Yerusalem dan berdiri bagi Israel—sebagai bentuk panggilan iman,” tulis Merince dalam unggahan lamanya.

Namun, di negara yang amat sensitif terhadap isu Palestina–Israel, simbol Bintang Daud tak terbaca sebagai iman. Ia terbaca sebagai dukungan terhadap penjajahan. Merince akhirnya dipulangkan dari karantina kontes pada 26 Juni, digantikan oleh peserta lain.

Padahal, banyak tokoh dan umat Kristen di Papua menilai tindakan Merince wajar. “Di Papua, lambang Israel ada di mobil, baju, bahkan gereja. Itu bukan dukungan politik, tapi bagian dari iman,” kata aktivis Rutce Bosawer. Pendeta Marthen Su menegaskan: “Kami properdamaian. Bukan pro-Israel, bukan anti-Palestina. Kami hanya berdoa untuk pertobatan Israel.”

Meski demikian, konflik tafsir dan persepsi tetap membara. Bahkan di Papua sendiri, sebagian pihak menentang keterkaitan dengan simbol Israel, menilai itu bisa memperkeruh posisi masyarakat Papua dalam konteks nasional dan internasional.

Sion Kids sendiri bukan organisasi politik, melainkan gerakan rohani berbasis doa yang mengakar kuat di pegunungan Papua sejak 2005. Seiring waktu, mereka berkembang pesat, bahkan menerima dana dari pemerintah daerah untuk ziarah ke Yerusalem—menambah lapisan kompleksitas antara iman, budaya, dan politik global.

Merince bukan satu-satunya yang pernah terjerat simbol. Di Bitung, Sulawesi Utara, bendera Israel juga pernah dikibarkan oleh kelompok adat Kristen, memicu bentrok hingga jatuh korban jiwa. Di Sumatra Utara, beberapa warga Kristen juga menyimpan simpati terhadap Israel, meski takut mengekspresikannya karena risiko konflik sosial.

Indonesia sendiri tidak memiliki hubungan diplomatik resmi dengan Israel, dan melarang segala bentuk atribut atau simbol Israel di wilayahnya—termasuk pengibaran bendera, sebagaimana diatur dalam Permenlu Nomor 3 Tahun 2019. Namun, aturan itu secara resmi hanya mengikat pemerintah daerah.

Kini, Merince beristirahat dan enggan memberi komentar lebih lanjut. Tapi kisahnya sudah berbicara: tentang benturan antara iman dan nasionalisme, antara ekspresi spiritual dan batasan simbolis.

Sumber: BBC

Beri Komentar

1 komentar

  1. Mau dukung sra hell dan bela penjajah biadab sana keluar dari negara ini sebab kalian tdk patuh thdp kebijakan negara yg anti penjajahan dab tertulis dlm pembukaan UUD45.