Krisis Makin Parah, Warga Gaza Berpuasa dalam Keprihatinan

Eramuslim.com – Kehidupan warga Palestina di Gaza yang makin sulit akibat blokade Zionis-Israel sejak 2007 dan membuat puasa pada 2018 tak bisa dijalani dalam suasana semarak.

Pertikaian politik dan pemindahan kantor kedutaan besar Amerika Serikat dari Tel Aviv ke Yerusalem makin menambah keprihatinan tersebut.

Alih-alih menyambut gembira, warga Gaza memasuki Ramadan dengan suasana duka ditandai dengan pemakaman puluhan pengunjuk rasa yang syahid di tangan tentara Zionis-Israel laknatullah.

“Menyedihkan dan membuat pilu. Di setiap rumah, ada yang terluka, di setiap rumah ada yang mati syahid. Semua ibu merasa sedih. Tak ada suasana Ramadan sama sekali,” kata Sabreen al-Turk, warga Gaza, kepada kantor berita Reuters.

Nohaa Shomar, seorang ibu yang tinggal di kamp pengungsi, mengatakan tak bisa lagi membeli daging untuk anggota keluarganya yang berjumlah sembilan orang.

Ramadan biasanya ditunggu para pedagang dan pemilik toko karena banyak warga yang berbelanja lebih untuk merayakannya. Tidak untuk tahun ini.

“Situasinya sungguh sulit. Ada atau tak ada Ramadan, kami menghadapi kesulitan ekonomi. Bagaimana kami bisa membeli barang kalau begini,” kata pedagang bernama Fayez al-Bitar.