Lantunan Ar-Rahman dan Tangisan Hijrah Hapus Tatto

Eramuslim.com -LANTUNAN 10 ayat pertama dari Surat Ar-Rahman terdengar dari sebuah klinik kecantikan berukuran 3 x 3 meter di kawasan Karawaci, Tangerang, Banten.

Bacaan tersebut disertai dengan tangisan kecil dari sang pembacanya. Air matanya juga terlihat menetes.

Pembaca ayat-ayat al-Qur’an itu adalah Rahmat (34). Ia salah seorang peserta program hapus tato gratis yang diadakan secara sinergi oleh Komunitas Gerak Bareng, Islamic Medical Service (IMS), dan DPP Hidayatullah.

Memang, antara Surat Ar-Rahman dengan program tersebut erat kaitannya.

Rahmat, warga Kapuk, Cengkareng Barat, Jakarta Barat tersebut menuturkan, tangisannya itu tidak dibuat-buat. Namun merupakan bentuk rasa haru dan penyesalan atas dosa-dosa masa lalunya.
“Sudah lama saya taubat, tapi masih ada tato (jadi) seperti ada yang belum selesai,” ucap pria yang bekerja di salah satu cabang PLN area Jakarta Barat ini kepada hidayatullah.com, beberapa waktu lalu.

Serupa dengan Rahmat, peserta hapus tato lain yang turut menangis adalah Tessa (35). Wanita yang kini bercadar tersebut memiliki sejumlah tato di tubuhnya. Ia menangis ketika tato di jarinya dihapus.

“Tangisan ini untuk banyak hal yang saya rasakan, salah satunya adalah rasa bersyukur dan terharu (karena) saya bisa berhijrah,” ucapnya.

Ya, sebelum menggunakan cadar, siapa sangka bahwa Tessa dahulu adalah vokalis salah satu grup band musik beraliran hardcore dari Batam, Kepulauan Riau.

Menurut Tessa, yang kini memiliki dua anak, ia mulai mengenal tato saat kuliah di Batam antara tahun 2002-2006.

Saat itu, sejak menjadi vokalis ia mengenal beberapa orang di Batam yang bisa mentato.

Awalnya, kata Tessa, ia hanya mencoba untuk membuat satu tato, itupun juga terpengaruh dari temannya sesama musisi underground di Batam.

Namun, ia merasa tidak puas hanya dengan satu tato dan akhirnya membuat tato di beberapa bagian tubuhnya.

Setelah mendapat hidayah dan menikah, Tessa mulai mengubah hidup. Ia pun mulai mengenal pengajian sampai akhirnya memutuskan untuk berhijab.


Sebenarnya, sudah lama ia ingin menghapus tato, namun tidak mau dengan cara yang menyakiti tubuh.

Setelah mendapat info dan melihat di media sosial, akhirnya ia memutuskan untuk ikut program hapus tato tersebut.

Ia merasa bersyukur bisa ikut program ini, karena jika bayar di klinik kulit dan kecantikan ia merasa belum mampu.

“Kalau bayar dengan sistem hapus tato model laser seperti ini lumayan mahal, untuk satu tato ukuran kecil bisa Rp 5-7 juta,” ungkapnya.

Rahmat juga mengatakan hal demikian. Program ini sangat bermanfaat bagi mereka yang benar-benar ingin bertaubat, menghapus tato, namun terkendala biaya.

Karena, di tahun 2012, Rahmat pernah bertanya kepada temannya, bahwa untuk hapus tato dengan cara model laser ini bisa makan jutaan rupiah.

“Daripada untuk hapus tato, lebih baik untuk beli beras makan sekeluarga,” celetuknya dengan logat Betawi khas.

Rahmat dan Tessa hanya contoh kecil dari mereka yang ingin menghapus tato, melupakan masa lalu, dan berhijrah, tetapi terkendala biaya. Masih banyak lagi dari mereka yang belum merasakan manfaat program tersebut.

Oleh karena itu, program ini diharapkan terus bertahan dan tetap berjalan.

“Kami akan usahakan untuk membuka donasi lagi untuk membeli beberapa alat, karena mereka yang mau bertaubat dan minat dengan program ini sangat banyak,” ujar Wangky, salah seorang relawan Komunitas Gerak Bareng kepada hidayatullah.com.

Sementara itu, Ketua Komunitas Gerak Bareng, Ahmad Zaki mengatakan, program ini akan terus bergulir lantaran mereka yang mau ikut sangat banyak.

Untuk pertengahan Agustus sampai awal September 2017, program ini akan menyambangi sejumlah kota, seperti Banyumas, Solo, Yogyakarta, dan Surabaya.

“Untuk sementara kita ke 4 kota dulu, kota lain dan provinsi lain insyaallah menyusul. Syaratnya (untuk ikut program hapus tato) masih sama, setor hafalan Surat Ar-Rahman. Kami mohon doanya serta dukungan dan donasinya,” pungkas Ahmad Zaki, yang juga merupakan founder Komunitas Gerak Bareng. (kl/ht)

https://m.eramuslim.com/resensi-buku/konspirasi-penggelapan-sejarah-indonesia-eramuslim-digest-edisi-10.htm