LIPI: Bukan Ideologi, Kemiskinan Jadi Faktor Utama Seseorang Lakukan Teror

Eramuslim – Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia(LIPI) mengungkapkan bahwa aksi teror dan tindakan radikal yang selama ini terjadi di Indonesia atau beberapa negara lainnya bukan berasal dari faktor ideologi.

“Faktor yang mendorong seseorang untuk masuk dalam gerakan terorisme bukan hanya karena ideologi. Namun ada faktor yang lebih besar lagi pengaruhnya, yakni keterbatasan pendidikan dan kemiskinan,” ujar Peneliti Bidang Politik Internasional LIPI Sandy Nur Ikfal Raharjo.

”Karena miskin, orang akan nekat menjadi teroris. Apalagi ditambah keterbatasan pendidikan,” ujar Sandy Nur yang menganggap dua hal ini dianggap sangat dekat dengan terorisme, seperti yang dilansir Indopos, Selasa (12/09).

Dugaan ini belajar dari dua aksi terorisme di perbatasan Indonesia, Malaysia dan Filipina yang kerap menculik para Anak Buah Kapal (ABK) dan kasus Marawi.

Dalam kurun waktu 2016 lalu sedikitnya ada 33 korban ABK yang diculik di perairan Sabah-Sulu, perairan Sulu-Basilan dan perairan Lahad Datu. Sementara pada 2017 ada 6 ABK yang menjadi korban penculikan di perairan Sabah dan perairan Lahad Datu.

”Terorisme lintas negara. Korban penculikan ABK mayoritas dari Indonesia, tapi tempat kejadiannya di Malaysia dan pelakunya disinyalir oleh Abu Sayyaf dari Filipina,” ungkap Sandy.

Sandy menegaskan, ada tiga wilayah Indonesia yang berbatasan langsung dengan negara Malaysia dan Filipina. Dia menambahkan, tiga wilayah tersebut Nunukan, kepulauan Sangihe dan Talaud. Tiga wilayah tersebut masuk kategori wilayah miskin.

Dia menyebutkan, penduduk ketiga wilayah tersebut memiliki mata pencaharian sebagai nelayan. 53 persen penduduk Nunukan lulusan sekolah dasar(SD), Kepulauan Sangihe 52 persen lulusan SD dan Talaud 29 persen lulusan SD. ”Secara geografis dengan jarak yang dekat akan memungkinkan terjadinya arus orang dan senjata dari dan ke Indonesia,” terang Sandy.

Jika memang seperti ini, maka negara ikut bertanggung jawab atas lahirnya bibit teroris karena hanya sibuk memperkaya golongannya sendiri dan melupakan rakyat. (JP/Ram)