Lunaknya Tanah Bikin Gempa Banten Terasa Hingga Ibu Kota

Getaran gempa juga dilaporkan terjadi di Bandung, ibu kota Jawa Barat. Padahal lokasi Bandung juga cukup jauh dari pusat gempa.

BMKG melaporkan gempa dirasakan dalam skala III-IV MMI di Lebak yang artinya getaran dirasakan dan membuat penduduk terkejut dan lari keluar. Getaran menyebabkan plester dinding jatuh dan cerobong asap pada pabrik mengalami kerusakan ringan.

Getaran lebih kecil dirasakan di Cihara, Rangkasbitung, Bayah, Pandeglang, Malingping, Cibeber, Banjarsari, dan Sukabumi dalam skala III MMI yang artinya getaran dirasakan nyata di dalam rumah, seakan-akan ada truk berlalu.

Intentitas getaran lebih kecil dirasakan di Depok dan Bandung yaitu skala II-III MMI. Sedangkan di Tangerang Selatan dan Bakauheuni getaran gempa ada dalam skala II MMI. Skala II MMI berarti getaran dirasakan beberapa orang, benda-benda ringan yang digantung bergoyang.

Sebelum gempa terjadi di Banten, ada gempa lain yang menyertainya. BMKG mencatat terjadi gempa beruntun hari ini di beberapa daerah, dari Jepara hingga Selat Sunda.

“Gempa yang terjadi secara beruntun pada hari ini, Selasa, 7 Juli 2020, tidak memiliki kaitan dengan gempa yang terjadi sebelumnya. Baik gempa Laut Jawa di utara Jepara berkekuatan M 6,1 yang terjadi pagi dini hari pukul 05.54.44 WIB, gempa selatan Banten M 5.1 pukul 11.44.14 WIB, gempa selatan Garut M 5.0 pukul 12.17.51 WIB, dan gempa selatan Selat Sunda M 5.2 pada 13.16.22 WIB berada pada sumber gempa yang berbeda, kedalaman yang berbeda, dan juga berbeda mekanismenya,” beber Daryono.

Apa penyebab terjadinya gempa secara beruntun?

Daryono menjelaskan gempa tersebut terjadi karena pelepasan medan tegangan di sumber gempa hingga soal konsekuensi daerah yang mempunyai sumber gempa aktif dan kompleks.

Sebenarnya apa yang terjadi di beberapa wilayah gempa tersebut adalah manifestasi pelepasan medan tegangan pada sumber gempa masing-masing. Masing-masing sumber gempa mengalami akumulasi medan tegangan sendiri-sendiri, mencapai stres maksimum sendiri-sendiri, hingga selanjutnya mengalami rilis energi sebagai gempa juga sendiri sendiri,” kata Daryono.

“Ini konsekuensi logis daerah dengan sumber gempa sangat aktif dan kompleks. Kita memang memiliki banyak sumber gempa sehingga jika terjadi gempa di tempat yang relatif berdekatan lokasinya dan terjadi dalam waktunya yang relatif berdekatan, maka itu hanya kebetulan saja,” imbuh dia.(dtk)