Madu Saffron dari Tersangka Teroris untuk Densus 88

SEPI masih menyelimuti suasana sekitar rumah nomor satu di Jalan Yanetera I, kompleks Perumahan Bulog I, Selasa 16 November jelang fajar.Rumahnya asri, karena banyak pohon palem nan rindang berukuran sedang tertanam berderet dekat dinding pagar.Ada pula tumbuhan merambat yang terpotong rapi, tegak berjejer mengisi ruang di sela-sela palem.

Untuk memasuki halaman depan, terdapat dua gerbang terpisah, berukuran kecil dan besar. Sedangkan di pelataran, terparkir mobil Nissan Livina.

Waktu belum genap jam empat, azan Subuh belum berkumandang, tapi Jamilah sudah mengurus banyak hal di dalam rumah bertingkat itu.

Satu pekerjaan yang sudah terselesaikan adalah menyiapkan serta mengepak baju, celana, dan perkakas lain ke dalam koper.

Suami yang betul-betul ia cintai sejak muda, pagi itu, akan berangkat bersafari politik ke Cirebon, Yogyakarta, dan Solo—koper itu miliknya.

Farid Okbah baru saja merampungkan salat sunah, dan tengah bersiap-siap pergi ke luar rumah.

Dia terbiasa seperti itu selama bertahun-tahun, yakni salat sunah di rumah, dilanjutkan salat Subuh di masjid yang masih berada di dalam kompleks.

Jamilah sendiri sudah mafhum soal kebiasaan sang suami. Dia hapal, Farid akan pergi dari rumah sekitar jam empat ke Masjid Istiqomah.

Masjid Istiqomah dalam Kompleks Perumahan Bulog I, Jatiwarna, Pondok Melati, Bekasi, Jawa Barat. [Suara.com/Muhammad Yasir]
Masjid Istiqomah dalam Kompleks Perumahan Bulog I, Jatiwarna, Pondok Melati, Bekasi, Jawa Barat. [Suara.com/Muhammad Yasir]

Suaminya itu selalu berjalan kaki meski jarak antara rumah dengan masjid cukup jauh, sekitar 650 meter, persisnya di Jalan Yanatera Raya—tak jauh dari Gedung Pertemuan Graha Sativa. Pada dasarnya, Farid memang tak terlalu menyukai memakai kendaraan pribadi.

Satu lagi kebiasaan si suami yang sudah dimengerti Jamilah: Farid biasanya berada di masjid bukan hanya untuk salat Subuh, tapi berzikir hingga syuruk atau sampai matahari sudah terang bersinar.

Tapi, pagi itu, Farid menghampiri Jamilah untuk memberitahukan dirinya tak seperti biasa.

“Umi, hari ini Abi enggak akan lama-lama di masjid ya, karena mau pergi ke Cirebon.”

“Iya Abi, kopernya sudah saya siapin,” jawab Jamilah.

“Oya mi, siapin juga air minum dan kue ya.”

“Sudah juga bi, ada kue bolu.”

Jamilah tak ikut ke masjid, belum pula ia mengerti bahwa itu adalah pertemuan terakhir mereka untuk jangka waktu lama.