Mantan Jubir Gus Dur: Musuh Demokrasi Adalah Pemilik Modal Dan Anteknya

jokowi-james_riadi_20131012_123125_zps4ef196e2Eramuslim.com – Sudah 17 tahun usia reformasi berjalan di Indonesia, namun belum ada tanda-tanda perubahan yang lebih baik.

Sistem politik yang konon lebih demokratis saat ini, nyatanya belum mampu berdampak apa-apa terhadap tingkat kesejahteraan rakyat. Bahkan, bisa dibilang tidak lebih baik dari sebelumnya.

Demikian disampaikan mantan juru bicara (jubir) Presiden RI ke-4, Abdurrahman Wahid alias Gus Dur, Adhie Massardi dalam sebuah diskusi bertajuk ‘Pasal 158, UU 8/2015; Membunuh Demokrasi, Halalkan Kecurangan dan Korupsi’, di Jakarta, Sabtu (26/12).

“Demokrasi kita sudah dibajak oleh para pemilik modal. Demokrasi yang sedang berlangsung hari ini dipenuhi kecurangan dan memakmurkan korupsi,” tegasnya.

Menurut Adhie, setiap kali digelar Pilkada, baik ditingkat provinsi maupun kabupaten/kota, nunsa kecurangan begitu masif. Demokrasi menjadi ajang untuk mempertontonkan kekuasaan pemilik modal.

“Dengan kekuatan uang yang dimiliki, mereka mendikte aturan. Inilah yang kemudian menimbulkan ketidakpastian dan kekecewaan karena melukai rasa keadilan masyarakat,” paparnya.

Karena itu, Adhie menjelaskan, bahwa musuh demokrasi sebenarnya adalah para pemilik modal.

“Ini Sistem pemerintahan kita jelas masih amburadul. Perilaku dan etika kita masih ‎berantakan,” terang dia.

Lebih jauh, Adhie menilai, sistem demokrasi yang berjalan saat ini bermula dari awal perekrutan kader yang diusung oleh partai politik. Menurutnya, proses pengkaderan parpol belum berjalan sebagaimana mestinya.

‎”Saya kira kedepan, setiap Pilkada masing-masing partai perlu diwajibkan untuk menggelar konvensi secara terbuka. Biarkan masyarakat memilih pemimpinnya sendiri. Karena kalau situasi ini dibiarkan, maka demokrasi kita akan terus dicengkram oleh mereka (para pemilik modal), ‎ujarnya.

Dijelaskan Adhie, segala sesuatu yang prosesnya buruk, maka hasilnya sudah pasti buruk.‎ Makanya, sebutnya, jangan ‎kaget kalau yang terpilih pada Pilkada serentak lalu adalah para preman.

“Situasi ini harus segera diperbaiki, demokrasi harus dibersihkan dari kekotoran-kotorannya. Jika tidak, akan membuat masyarakat alergi dengan demokrasi,” pesan Adhie. (ts/ts)