Kisah Bersyahadatnya Mualaf Asal Nias

Nur Adiba pun langsung membuka surat yasin dan membaca arab latin beserta artinya hingga selesai. Saat itu, hatinya mulai benar-benar tergetar, perasaannya pecah dan menangis merasa heran mengapa hal ini terjadi secara tiba-tiba.

Perasaannya bingung karena seperti diberi petunjuk atas semua keresahannya selama ini. Yaitu, tentang keyakinannya dalam beragama.

 

Padahal Ayahnya adalah seorang pemuka agama lain yang fanatik.

“Saat itu rasanya pecah. Nangis sejadi-jadinya. Lalu saya bilang, Tuhan, saya kenapa? Kok saya didatangi ini? Kenapa? Saya belum siap, kalau saya masuk Islam, bagaimana dengan keluarga saya? ekonomi saya? dan saya enggak kepikiran untuk masuk Islam, tapi ada gambaran,” kata perempuan yang memiliki nama asli Frisca Angeli ini.

Akhirnya pada November 2018 ia langsung memutuskan untuk membaca syahadat, ditemani oleh sejumlah teman-temannya yang sekaligus menjadi saksi.

Namun keputusan besarnya ini tidak diketahui oleh kedua orangtuanya, di mana seluruh anggota keluarganya adalah bukan Muslim.

“Harusnya syahadat Februari 2019, tapi diundur jadi 11 november 2018 di Masjid Istiqlal. Enggak mikirin, enggak izin ke orang tua, enggak ada omongan ke keluarga juga. Di situ seminggu kemudian pakai hijab syari. Temen-temen banyak yang ngerangkul,” ujarnya.

Walau pada akhirnya, keputusannya menjadi mualaf ini diketahui oleh seluruh keluarganya. Walau ia tahu, bahwa keputusannya ini akan membuat gaduh.

Tapi Nur Adiba pun yakin, bahwa sosok orangtua tidak akan lupa terhadap anaknya begitu saja.

“Papa sudah pasti marah. Sampai kakak saya pun memaki-maki saya dan meminta supaya saya kembali lagi ke agama semula. Tapi saya tidak mau, ini sudah menjadi keputusan. Setelah menjadi mualaf dan memakai hijab, saya merasa derajat sebagai wanita itu lebih dihormati dan lebih terlindungi,” jelasnya. (Okz)