Meninggal Usai Divaksin, Harus Ada Yang Tanggungjawab

“Selama ini bertanya, siapa yang bakal bertanggungjawab. Semua elemen yang tadi saya sebutkan bertanggungjawab,” tutur Viki.

Penuturan Viki, sejak kematian adiknya usai divaksinasi, tidak ada respons baik dari pihak pemerintah terhadap keluarganya. Tidak ada pejabat pemerintah yang datang ke kediaman keluarga di kawasan Buaran, Jakarta Timur, bahkan sekadar mengucapkan belasungkawa.

Petugas Puskesmas memang sempat mendatangi kediamannya. Tetapi dia menilai, tidak ada solusi atau jawaban yang diberikan perihal kematian Trio.

“Mengirim orang kecamatan ke rumah, bukan begitu caranya, apa mengirim orang Puskesmas? Hanya sekadar menanyakan ini maunya gimana. Kalau sekadar menanyakan maunya gimana, bisa gak Pemprov hidupin adik saya lagi. Itu mau saya loh. Bisa gak Pemprov hidupin adek saya lagi,” tegasnya.

Dia berharap pemangku kebijakan dari level gubernur hingga menteri duduk satu meja membicarakan persoalan ini dan mencari penyebab serta solusinya. Sebab yang dibutuhkan keluarga saat ini, katanya, sebuah penjelasan yang detil tentang penyebab menurunnya kondisi Trio usai divaksin hingga akhirnya meninggal dunia.

“Kalau mau adakan pertemuan, gubernur pak Anies Baswedan yang terhormat, Kemenkes, ibu dan bapak menteri bertemu. Ini loh keluarga korban ayo pecahin masalahnya bagaimana. Jangan cuma sekadar datang beri santunan ya selesai ya. Enggak butuh saya masih bisa kerja,” kata Viki meluapkan kekesalannya.

Sejauh ini, kata Viki, keluarga masih berharap ada itikad baik pemerintah daerah dan pusat. Tetapi bila tidak, dia dan keluarga sedang memikirkan langkah selanjutnya.

“Tapi kalau pemerintah masih tetap diam bisu dan tuli saya akan terus bersuara,” pungkas Viki.

KIPI

Komisi Nasional (Komnas) Kejadian Ikutan Pasca-Imunisasi (KIPI) belum memiliki cukup bukti untuk mengaitkan peristiwa meninggalnya Trio Fauqi Virdaus (22) dengan pembekuan darah akibat vaksin AstraZeneca.

“Saat ini sedang dilakukan penelusuran untuk mendapatkan bukti yang cukup untuk mengaitkan kejadian ikutan pascaimunisasi dengan imunisasi yang diberikan,” kata Ketua Komnas KIPI Hindra Irawan Satari dilansir Antara, Selasa (11/5).

Hindra mengatakan gejala yang mungkin timbul pascaimunisasi beragam pemicunya, bisa disebabkan oleh kandungan vaksin yang mengalami cacat produk hingga kekeliruan prosedur saat penyuntikan.

“Dulu ada vaksin Rotavirus menyebabkan invaginasi, tapi sekarang sudah diubah produknya jadi generasi berikutnya dan sekarang sudah aman. Atau kekeliruan prosedur, misalnya disuntikkan di dalam otot, ternyata suntiknya terlalu dangkal itu bisa juga sebabkan KIPI,” katanya.

Hindra mengatakan Komnas KIPI masih mengumpulkan bukti terkait dugaan pembekuan darah yang dialami warga Buaran, Jakarta Timur, itu.

“Belum cukup bukti, namun tidak dapat disingkirkan,” katanya saat ditanya apakah kejadian yang dialami Trio berkaitan dengan pembekuan darah.

Prinsip kedua yang sedang ditelusuri Komnas KIPI adalah faktor kecemasan almarhum yang tidak terkait dengan imunisasi.

“Prinsip keduanya adalah kecemasan, namun gejala yang diperlihatkan ada perbedaan,” katanya.