Meninggal Usai Divaksin, Harus Ada Yang Tanggungjawab

Reaksi kecemasan berdasarkan pedoman Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang dirilis pada 20 Desember 2019 dikelompokkan dalam ‘Immunization Stress-Related Respons’ atau gejala dan tanda yang muncul akibat kecemasan.

“Ini tidak berhubungan dengan kecacatan produk, tidak berhubungan dengan isi vaksin bahkan kekeliruan prosedur. Respons ini merupakan reaksi dari ‘nerveus fanboost’, reaksinya berupa napas cepat berhubungan dengan reaksi psikiatrik yang berhubungan dengan stres,” katanya.

Hindra mengatakan faktor stres muncul karena kekuatan psikologi orang berbeda, kerentanan berbeda, pengetahuan tentang vaksin juga berbeda dan persiapan dan konteks sosial berbeda pada setiap individu.

“Misalnya saat mau ujian lisan, kita ke kamar mandi bolak-balik. Atau dipanggil atasan, kita berdebar. Bisa juga diputuskan pacar, tidak ada nafsu makan. Reaksi ini sama dengan imunisasi,” katanya.

Respons stres yang berhubungan dengan imunisasi bisa berupa stres akut, reaksi ‘vasovagal’ atau dissosiative neurological.

Stres akut biasanya ditandai jantung berdebar, kemudian kesemutan, rasa sakit dada, melayang, pusing, sakit kepala dan bisa berulang. Kadang terjadi pingsan, kejang hingga bengong.

Reaksi ‘vasovagal’ ditunjukan dengan rasa pusing namun reaksinya ringan. “Itu akibat dari pelebaran pembuluh darah dan denyut jantung menurun. Pingsan bisa 20 detik atau beberapa menit, terus langsung sadar dan baik,” katanya.

Sementara, dissosiative neurological sympton reaction mirip seperti mengalami kelumpuhan, lemas atau gerakan aneh, susah bicara atau kejang. Situasi ini bisa terjadi beberapa hari atau jam setelah imunisasi.

Pegadaian

Sekretaris Perusahaan PT Pegadaian (Persero), R. Swasono Amoeng Widodo menyampaikan duka citanya kepada keluarga Trio. Untuk saat ini, pihaknya masih menunggu hasil investigasi Komnas KIPI.

“Sebenarnya ini wewenang kantor wilayah di Jakarta, tapi secara korporasi kami turut berduka cita. Kami di Pegadaian Pusat juga belum tahu penyebabnya dan masih menunggu hasil investigasi pihak penyelenggara vaksinasi,” katanya saat dihubungi merdeka.com, Selasa (11/5)

Dia mengatakan, pada 5 Mei lalu, dari 6.000 orang yang divaksin di GBK, peserta vaksinasi dari pegadaian ada 500 karyawan. Pegadaian memang sengaja memprioritaskan para karyawan outsourcing agar bisa lebih cepat terbangun antibodinya, sehingga bisa terlindungi dari ancaman virus Corona

“Karyawan outsourcing memang kita dahulukan untuk divaksin karena mereka yang sering bertemu dengan orang luar. Jadi biar terlindungi,” ujarnya.

Amoeng menegaskan, pihaknya tidak mengetahui dengan detail terkait kronologis meninggalnya karyawan outsourcing itu. Namun, Trio sempat bercerita bahwa dirinya kehujanan dan demam ke teman satu kantornya yang mengikuti vaksinasi bersamaan.

“Kemarin teman kantornya cerita, di hari Trio divaksin, dia tidak sahur. Lalu setelah divaksin, dia mengeluh pegal-pegal, namun mereka kira itu efek yang biasa. Saat perjalanan pulang ke rumah, itu hujan lebat dan dia kehujanan, kata temannya dia demam,” jelasnya.

“Dia demam, menggigil, tidak ke kantor, tapi katanya tidak lapor ke dokter juga. Jam 12 siang sudah tidak tertolong,” lanjutnya.