Ngabalin Bilang Jika Semua Ada di Kekuasaan, Masih Ada Media…

Mendekati 20 Oktober 2019, atau pelantikan presiden dan wakil presiden terpilih, Prabowo terus memainkan langkah kuda bertemu Jokowi dan sejumlah ketua umum dari Koalisi Indonesia Kerja. Wakil Ketua Umum Gerindra, Sufmi Dasco Ahmad, mengatakan, sejauh ini peluang Gerindra berkoalisi dengan pemerintahan yakni 50:50.

Konsep ketahanan pangan, energi, ekonomi serta pertahanan dan keamanan yang ditawarkan oleh Gerindra, juga diklaim telah diterima oleh Jokowi.

Santer beredar informasi, Gerindra menginginkan pos-pos menteri sesuai bidang tersebut. Sejauh ini, calon yang menguat adalah Edhy Prabowo dan Fadli Zon. “Pokoknya kalau kemudian kami masuk (koalisi Jokowi), ya itu posnya kemungkinan ada untuk Pak Fadli,” ujar Dasco.

Adapun Demokrat, sudah menyatakan mendukung pemerintah. Namun, masih menunggu diajak berkoalisi oleh kubu Jokowi.

“Kami mendukung pemerintahan mendatang tanpa syarat. Soal apakah akan dimasukkan dalam koalisi, kan itu tergantung Pak Jokowi dan partai-partai lain,” ujar Wasekjen Demokrat Andi Arief. [vn]

Ngabalin mungkin lupa, sebagian besar media massa mainstream telah berubah fungsi menjadi corong propaganda pemerintah disebabkan kartel perusahaan media di mana pemiliknya adalah klan penguasa (oligarki), dan masyarakat sekarang pun takut untuk mengkritik disebabkan kuping kekuasaan terlalu tipis sehingga mudah sekali mengkriminalisasi rakyat yang bersuara kritis terhadap kekuasaan. Jika jenderal saja bisa dikriminalisasi, apalah rakyat kecil yang tidak punya apa-apa?