eramuslim.com – Isu duet Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo makin kencang. Ada upaya oligarki ingin menang mudah.
Jika pemilihan presiden (pilpres) diikuti dua pasangan, bisa dipastikan tidak ada putaran kedua. Hal itu menguntungkan Prabowo dan Ganjar yang merupakan bagian dari oligarki. Namun jika pilpres diikuti tiga pasang calon, semuanya berpotensi menang.
Analis politik Universitas Hasanuddin (Unhas) Adi Suryadi Culla menilai segala kemungkinan memang masih bisa terjadi. Termasuk hal-hal yang bisa menggetkan publik.
Sama halnya ketika Partai Demokrat meninggalkan Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar meninggalkan Prabowo Subianto. Padahal koalisi mereka sudah terjalin lama.
Seperti halnya, jika disimulasikan dua paslon saja dengan penyatuan Prabowo-Ganjar atau Ganjar-Prabowo. Meskipun akan menjadi sulit untuk menentukan siapa calon presiden dan siapa wakil presiden. Sebab di atas kertas, tiga calon yang ada sekarang masing-masing sudah punya tiket.
Namun, perlu diketahui kata dia, dalam politik itu sangat dinamis. Banyak yang diprediksi meleset. Sehingga, penyatuan Prabowo dengan Ganjar bukan tidak mungkin.
“Karena kan kontestasi politik itu sebenarnya tujuan dari semua partai politik itu untuk memenangkan pemilu,” katanya.
Sehingga, mereka akan menimbang secara pragmatis untuk mempertaruhkan figur yang diusung. “Jadi memang ada peluang kedua figur ini menyatu,” ujarnya.
PDIP dalam posisi tawar yang sangat tinggi karena dari seluruh partai, merupakan satu-satunnya yang bisa mengusung calon sendiri. Kecuali, PDIP ingin mengalah karena melihat peluang yang ada . Mereka merasa terancam dengan konfigurasi figur.
“Apalagi mungkin PDIP masih dibayangi Pilkada Jakarta. Ketika PDIP kalah dengan angka tipis
oleh Anies,” katanya.
Dukungan Pecah
Sementara Analis politik Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar, A Luhur Prianto menilai bahwa memang kubu pendukung status quo keberlanjutan mulai mengkalkulasi potensi perpecahan dukungan. Fragmentasi dukungan ini terutama karena sikap PDIP dan Jokowi yang berbeda.
Jokowi cenderung bermain dua kaki, dengan memperlihatkan loyalitas ganda pada kedua capres. Sehingga, opsi menyatukan Prabowo-Ganjar merupakan upaya menyolidkan dukungan di kubu pendukung keberlanjutan.
Barisan oligarki pendukung pun kata dia, ingin membiayai kontestasi Pilpres dengan biaya yang lebih mahal. Mereka berharap bisa menyelesaikan pertarungan lebih cepat dan lebih murah.
“Lembaga survei dan firma konsultan politik mitra istana akan memainkan politik survei untuk merasionalisasi opsi-opsi pasangan terbaru Prabowo-Ganjar,” pungkas Luhur.(sumber: fajar)