Orang Kaya Ini Hidup Sederhana, Hobi ke Rumah Makan Murah dan Menawar di Pasar

“Dia juga tawar menawar harga di pasar tradisional, dan selalu terbang di kelas ekonomi.”

Ingvar sangat tertarik dalam bisnis. Waktu masih kecil, dia pernah membeli tiket pertandingan di Stockholm dengan harta murah. Kemudian dia kembali ke kotanya dan menjual dengan harga yang lebih tinggi.

“Ini adalah bagaimana dia membuat laba pertamanya,” isi kutipan therichest yang dilansir merdeka.com.

Pendiri IKEA Ingvar Kamprad meninggal dunia di usia 91 tahun

Pendiri perusahaan IKEA, Ingvar Kamprad, dikabarkan meninggal dunia di usia 91 tahun. Dia menghembuskan napas terakhir di rumahnya di Smaland, Swedia Selatan pada Sabtu (27/1) lalu.

“Dia meninggal dalam damai setelah mengalami penyakit ringan.” demikian pernyataan IKEA yang diunggah melalui akun Twitter resmi, dikutip dari ABC, Senin (29/1).

“Dia akan sangat dirindukan dan selalu diingat oleh keluarga dan staf IKEA di seluruh dunia,” tambah pernyataan itu.

Direktur IKEA Group, Jesper Brodin, menyatakan bahwa Kamprad akan terus menjadi inspirasinya dalam mengelola perusahaan tersebut. Visi Kamprad akan terus diterapkan agar bisa membuat perusahaan menjadi lebih baik lagi.

“Peninggalan Kamprad akan terus dikenang selama-lamanya, dan visinya untuk membuat kehidupan lebih baik bagi semua orang akan terus menuntun dan menginspirasi kita,” ujar Brodin.

Selama hidup Kamprad dikenal sebagai sosok pekerja keras, suka berhemat, dan sangat sederhana. Dia memulai usaha peternakan keluarganya sebelum kemudian mendirikan perusahaan furnitur di usia 17 yang kini telah merajai dunia.

Meski memiliki kekayaan hampir USD 60 miliar, namun Kamprad tidak pernah membiarkan aura seorang taipan ada dalam dirinya. Namanya sering muncul sebagai daftar orang terkaya di dunia, tetapi dia hanya mengemudikan mobil Volvo sederhana dan berpakaian seadanya.

Dalam buku autobiografi yang dia tulis pada 1998 silam untuk menjelaskan sejarah IKEA, Kamprad menceritakan bahwa dirinya sering mengunjungi pasar sayur di jalan jelang toko-toko tutup agar bisa mendapat harga lebih murah.

Reputasinya dalam hidup sederhana dibeberkan oleh mantan asisten eksekutifnya, Jogan Stenebo. Stenebo mengungkapkan bahwa Kamprad selalu menciptakan imej yang sama dalam kehidupan sehari-hari maupun saat berada di perusahaan.

“Dia ingin dianggap hanya sebagai orang biasa, sama seperti kita,” ujar Stenebo. [merdeka]