Menteri Luar Negeri Hassan Wirajuda meminta staf Kedutaan Besar RI di Libanon yang mengungsi ke Damaskus, Suriah untuk segera kembali ke Libanon, kecuali anggota keluarga mereka yang kepulangannya bisa menyusul secara bertahap.
“Saya percaya untuk pulang kembali ke Beirut tidak masalah, karena berdasarkan pemberitaan, saat ini sudah banyak orang Libanon yang kembali kedaerahnya,” jelasnya Menlu usai Pengukuhan Duta Belia, di Gedung Pancasila, Departemen Luar Negeri, Jakarta, Jum’at (25/8).
Menurutnya, secara resmi WNI yang mengungsi dari Libanon ke Damaskus, Suriah yang merupakan WNI biasa jumlahnya hanya sedikit, selebihnya adalah home staff dan local staff perwakilan RI beserta keluarganya.
Hassan menegaskan, sejak dua pekan lalu Departemen Luar Negeri sudah mengeluarkan instruksi agar para pejabat perwakilan RI tersebut kembali membuka Kedutaan Besar RI di Libanon, dalam rangka melakukan persiapan untuk menerima partisipasi kontingen Indonesia yang bergabung dalam pasukan perdamaian.
“Untuk berbagai keperluan KBRI di Libanon perlu beroperasi lagi, itu sudah merupakan satu keharusan,” tegas Menlu.
Ia mengakui, tidak tahu pasti berapa orang WNI yang mengungsi keluar dari Libanon sejak pertengahan agresi militer Israel ke Libanon
Soal Pengiriman Pasukan Perdamaian
Ditanya soal keberangkatan pasukan perdamaian ke Libanon, Hassan Wirajuda mengatakan, pemerintah belum dapat keputusan akhir kapan pasukan perdamaian Indonesia akan diberangkatkan, mengingat pertemuan konsultasi antara negara-negara yang hendak mengirimkan pasukan perdamaian yang encananya digelar kemarin, Kamis (24/8), diundur sampai Senin (28/8) mendatang.
“Peluang kita untuk berkontribusi masih terbuka, karena itu kita terus mempersiapkan pasukan kita untuk diberangkatkan,” ujarnya.
Menurutnya, Indonesia harus menunggu selesainya proses konsultasi yang dilakukan oleh Kantor PBB urusan penggelaran pasukan yang menyiapkan implementasi Resolusi DK PBB 1701 dan menentukan konsep-konsep tentang pengerahan pasukan.
Lebih lanjut Hassan menyatakan, sejak awal pasukan perdamaian dari Indonesia sudah diperhitungkan akan masuk tahapan pertama yang akan dikirim bersama dengan pasukan-pasukan dari negara lain.
“Targetnya 20. 000 sampai 15 ribu pasukan, dan untuk tahappertama akan dikirim 3.000 sampai 3.500, dari awal Indonesia sudah dihitung sebagai pasukan yang akan dikerahkan pertama,” tandasnya.
Ia menyatakan, sampai saat ini belum ada pasukan perdamaian dari negara-negara lain yang menggelar pasukannya di Libanon, kecuali Perancis yang merupakan bagian dari Pasukan UNIFIL (United Nations Interim Force in Lebanon) yang sudah sejak lama di sana.
Hassan menambahkan, belum adanya kejelasan penempatan pasukan diperbatasan Libanon-Israel, juga menjadi perdebatan di antara negara-negara Eropa, sebab mereka tidak mungkin mengirimkan pasukan perdamaian tanpa aturan yang jelas.(novel)