Permintaan Maaf Menag Tak Sembuhkan Luka Jemaah

Eramuslim.com – Meski ibadah haji 2025 telah mencapai puncaknya, gelombang kekecewaan dari para jemaah Indonesia belum juga surut. Di tengah sorotan tajam publik, Menteri Agama Nasaruddin Umar akhirnya menyampaikan permintaan maaf terbuka atas segala kekacauan yang terjadi — dari masalah pemberangkatan, ketidaksiapan tenda di Arafah, hingga para lansia yang terlantar tanpa pendamping.

Komisi Nasional Haji (Komnas Haji) memang menghargai sikap Menag yang disebut “gentleman”, tapi mereka juga menegaskan: maaf saja tidak cukup. Luka ribuan jemaah yang merasa diabaikan tidak bisa sembuh hanya dengan kata-kata. Dibutuhkan tindakan nyata, koreksi struktural, dan perombakan total tata kelola haji.

Ketua Komnas Haji, Mustolih Siradj, menyebut permintaan maaf itu sebagai pengakuan bahwa negara memang gagal melayani. Sistem multi syarikah yang memisahkan anggota keluarga, keterlambatan bus di Muzdalifah, tenda yang tak kunjung ada, hingga kegagalan skema pemulangan bertahap — semua ini adalah tanda bahwa kekacauan bukanlah insiden kecil, tapi simbol kegagalan sistemik.

Bahkan hingga saat ini, kanal pengaduan Komnas Haji masih dibanjiri keluhan dari jemaah yang masih berada di tanah suci. Mereka melaporkan makanan yang datang terlambat berjam-jam, penginapan yang tak layak, dan petugas yang tidak komunikatif.

“Ini bukan hanya soal fasilitas,” kata Mustolih. “Ini tentang rasa aman, martabat, dan kemanusiaan jemaah. Jangan sampai ibadah suci berubah jadi pengalaman menyakitkan.”

Komnas Haji menuntut audit menyeluruh: bagaimana kontrak dengan pihak ketiga dijalankan, bagaimana mekanisme konsumsi dikelola, dan bagaimana perlindungan jemaah lansia benar-benar dijalankan — bukan hanya sekadar tulisan dalam dokumen resmi.

Sumber: Tempo.co

Beri Komentar