Pesan Khusus Ustaz Abdul Somad Untuk Jamaah Haji Indonesia

“Tawaf, keliling tak henti. Maknanya, hidup terus berputar. Kelak ketika kita meninggal, peran kita pun selesai, dilanjutkan generasi yang akan datang,” kata peraih anugerah Tokoh Perubahan Republika 2017 itu.

Usai tawaf, jamaah haji akan melakukan sa’i, yakni perjalanan tujuh kali dari Bukit Shafa ke Bukit Marwa. Ini sesungguhnya mengikuti teladan Siti Hajar yang berlari-lari mencari air untuk putranya tercinta, Nabi Ismail AS yang saat itu masih bayi. UAS menuturkan, jamaah hendaknya menghayati perjuangan istri Nabi Ibrahim AS itu yang pantang menyerah, terus berupaya dalam berbuat kebajikan.

“Dari Safa ke Marwa Siti Hajar mencari air. Justru air didapat dari telapak kaki Ismail yang tidak berjalan. Maknanya, jamaah haji ketika nanti setelah pulang ke Tanah Air, giat berusaha. Walau hasil belum tentu dari usaha itu, tetaplah yakin akan pertolongan Allah,” ujar alumnus S-1 Universitas al-Azhar (Mesir) itu.

Usai sa’i, jamaah haji akan melaksanakan tahallul. Dengan tahallul, apa-apa yang sebelumnya tidak boleh saat mereka berihram, menjadi halal (boleh). Tiap jamaah yang bertahallul minimal mencukup tiga helai rambut.

Tahallul, yakni cukur rambut. Sesudah itu, tumbuh rambut baru. Kembali ke Tanah Air, bawalah semangat baru. Jangan berputus asa dari rahmat Allah,” ucap alumnus S-2 Darul Hadis (Maroko) itu.

“Sebab, seorang haji ialah pembuat perubahan, agent of change, di tengah masyarakatnya. Mereka berperan sebagai agen perubahan umat,” kata sosok yang kini sedang menempuh studi S-3 di Omdurman Islamic University (OIU), Sudan. (rol)