Pilpres 2019, Diamnya Sikap Muhammadiyah dan Kisah AR Fachruddin

Maka, jabatan yang didapat Amien Rais sebagai ketua PP Muhammadiyah pada awal dekade 90-an ditinggalkannya dengan sadar dan ringan hati. Padahal, dalam arena Muktamar Muhammadiyah kala itu, Amien mendapat dukungan suara yang hampir mutlak. Hingga kini, belum ada ketua umum PP Muhammadiyah yang terpilih di muktamar semutlak dukungan suara kepada Amien Rais saat itu.

Tapi, itulah Muhammadiyah. Namun, untuk makin mengenal seperti apa kiprah Muhammadiyah ketika terserempret soal masalah jabatan kekuasaan politik, sebaiknya mengacu pada sosok salah satu legeda Muhammadiyah: KH AR Fachruddin. Kisah ini dicuplik dari tulisan Saefudin Simon, mantan jurnalis Republika yang pernah tinggal serumah dua tahun lamanya dengan AR Fachruddin.

Kala itu Simon pada awal 80-an indekos di rumah Pak AR (kini kantor PP Muhammadiyah di Jogja) selama dua tahun lamanya untuk kuliah di Fakiltas Teknik Nuklir UGM. Dia menuliskan kesaksian tentang sosok dan gaya Pak AR dalam mengemudikan Muhammadiyah dengan jenaka.

Hebatnya, berkah kisah ini buku tentang Pak AR yang ditulis Simon Safeudin laris manis. Dia kewalahan ‘ngurus’ pesanan karena bukunya tidak dijual lewat toko buku biasa. Meski begitu, dia sukses besar. Kisahnya tentang Pak AR Fachruddin pun kian melegenda. Di bukunya Simon menulis begini:

Namanya Abdul Rozak Fachruddin. Orang Yogya memanggilnya Pak AR. Tubuhnya gemuk, mukanya agak bundar. Suaranya berat, tapi enak didengar. Saya pernah kos di “rumah”-nya di Jl Cik Ditiro 19 A, selama hampir dua tahun.