Pilpres 2019, Diamnya Sikap Muhammadiyah dan Kisah AR Fachruddin

Selain itu, di depan rumah Pak AR yang kini menjadi Gedung PP Muhammadiyah, berdiri sebuah kios bensin eceran. Kalau saat itu ketika hendak melintas ujung jalan Cik Di Tiro (sebelum sampai di bundaran UGM), motor Anda kehabisan bensin dan ingin beli di kios itu, maka jangan heran bila dilayani Pak AR.

Suatu ketika, saat kultum usai shalat Maghrib, Pak AR bercerita bila ada orang dari PT Astra datang mau memberi hadiah mobil Toyota Corolla DX tahun terbaru (1980) untuk Pak AR.

“Piye iki (bagaimana ini–Red), nyopir mobil saja nggak bisa. Parkirnya sulit. Repot kalau bawa mobil apalagi kalau harus masuk ke kampung-kampung di pinggir Kali Code untuk ceramah. Jalannya sempit gak bisa untuk mobil,” kata Pak AR. Saya terpaksa menolaknya, ungkapnya enteng.

Di lain waktu, Pak AR juga pernah bercerita ditawari jabatan Menteri Agama berkali-kali oleh Pak Harto. Pak AR tetap menolaknya. “Saya sudah cukup ngurusi Muhammadiyah saja Pak Harto, terima kasih,” katanya.

Meski demikian, bukan berarti Pak AR tidak pernah minta bantuan kepada Pak Harto. Sehabis kultum Subuh, Pak AR bercerita. Beberapa hari lalu saya kirim surat ke Pak Harto. Isi suratnya sedikit atau pendek sekali.

“Pak Harto, Muhammadiyah akan bangun universitas di Yogya. Menawi Bapak kerso monggo (Kalau bapak berkenan menyumbang, ya silakan–Red),” itulah surat Pak AR kepada Pak Harto.

Tak lama kemudian, Pak AR ditelepon ajudan presiden. Ada titipan dari Pak Harto untuk Pak AR. Benar, ada titipan cek yang cukup besar. Cek itu semua diserahkan ke kepada Panitia Pembangunan UMY.