PN Tangerang Ternyata Sahkan Perkawinan Beda Agama, PKS: Melanggar Konstitusi dan Hukum Agama

eramuslim.com  -Putusan Pengadilan Negeri Tangerang yang mengesahkan pernikahan beda agama, dikritik Komisi VIII DPR RI.

Anggota Komisi VIII DPR RI Bukhori Yusuf menegaskan, pernikahan beda agama bertentangan dengan konstitusi. Menurutnya, pertimbangan Hak Asasi Manusia (HAM) yang dijadikan dalih untuk melegalisasi pernikahan beda agama tidak tepat.

Dia menjelaskan, dalam Pasal 28J UUD 1945 ayat (2) bahwa dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud semata-mata untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat demokratis.

“Artinya HAM dalam perspektif konstitusi kita tidak bermakna liberal. Dia dibatasi oleh pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan, dan ketertiban umum,” kata Bukhori dalam keterangannya di Jakarta, Kamis (1/12).

Sementara, dalam Pasal 2 UU 1/1974 tentang Perkawinan disebutkan bahwa terdapat dua syarat sahnya perkawinan, yaitu dilakukan menurut hukum masing-masing agama dan kepercayaannya; dan tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan perundangan yang berlaku.

Selanjutnya di dalam Pasal 8 huruf (f) disebutkan secara eksplisit, perkawinan dilarang antara dua orang yang mempunyai hubungan yang oleh agamanya atau peraturan lain yang berlaku dilarang kawin.

“Dengan begitu, putusan pengadilan yang mengesahkan nikah beda agama dengan dalih HAM sesungguhnya telah menyalahi konstitusi dan peraturan perundang-undangan yang berlaku,” tegasnya.

Selain dinilai bertentangan dengan konstitusi dan peraturan perundang-undangan, legislator Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini menilai nikah beda agama bertentangan dengan ajaran Islam.

Dia menambahkan, Musyawarah Nasional MUI ke-VII pada bulan Juli tahun 2005 telah menerbitkan Fatwa 4/MUNAS VII/MUI/8/2005 Tentang Perkawinan Beda Agama. Fatwa tersebut menetapkan perkawinan beda agama hukumnya adalah haram dan tidak sah.