Prabowo Menjawab Tudingan Penculikan hingga Isu Mau Bunuh Presiden Soeharto

Eramuslim – Perjalanan politik Prabowo Subianto kerap kali mendapat sandungan. Paling banyak adalah serangan isu seputar hak asasi manusia (HAM), apalagi menjelang pemilu.

Pada Pemilu 2014 lalu contohnya. Prabowo yang saat itu tengah maju sebagai capres juga sering mendapatkan pertanyaan seputar HAM. Kisah seputar tudingan-tudingan negatif Prabowo tulis dalam buku “Prabowo Subianto Indonesia Menang” yang diterbitkan Koperasi Garudayaksa Nusantara. Buku ini merupakan kumpulan tulisan kampanye yang dikeluarkan tim Prabowo Subianto- Sandiaga Uno.

Prabowo bercerita sering mendapat pertanyaan seputar HAM dari lawan politiknya. Meski mendapat serangan, ia tak ingin menyerang balik. Prabowo mengaku mengingat sebuah pepatah dalam kalimat ‘menang tanpo ngasorake‘.

Maksud dari kalimat tersebut adalah kemenangan yang kita inginkan jangan sampai merendahkan orang lain. Menang tanpa menghina, tanpa mempermalukan. Menang dengan cara elengan. Menang dengan jiwa besar, namun lawan tetap bisa menegakkan kepala tanpa dinistakan.

Saat lawat politiknya bertanya soal HAM, Prabowo menjawab semua pertanyaan tanpa membalas dengan pertanyaan serupa. Ketika ada kesempatan bertanya kepada lawan politiknya, ia memilih memberikan pertanyaan yang tidak bersifat pribadi. Prabowo tidak menyerang, tidak memojokkan lawan politiknya. Dia tidak sindir atau tatap sinis lawannya. Dia mengaku tak segan memuji dan menghormati pendapat lawan politik.

Prabowo yakin, semua tuduhan yang dilontarkan seperti pepatah “ajining diri saka pucuke lathi, aji ning raga saka busana”. Maksudnya, harga diri seseorang terletak dari lidahnya dan kemampuan menempatkan diri sesuai situasinya. Hormati lawan secara sportif. Menang tanpo ngasorake. Jika lawan politik menang, kita harus tetap menghormati dan mendukung walau berat.