PUI Tolak Peredaran Majalah Playboy di Indonesia

Rencana terbitnya majalah laki-laki Playboy, memunculkan sejumlah kontroversi di berbagai kalangan. Setelah sejumlah artis yang diundang menghadiri rapat dengar pendapat tentang RUU Pornografi dan pornoaksi melakukan penolakan terhadap rencana terbitnya majalah playboy, kini giliran Ketua PUI (Persatuan Ummat Islam), Ahmad Heryawan angkat bicara.

“Saya sebagai Ketua Umum PUI, menolak keras rencana terbitnya majalah Playboy, Hal ini bertentangan dengan nilai-nilai moral yang ada di Indonesia, apalagi nilai-nilai keagamaan yang telah kita sepakati sebagai sumber nilai moral di negeri ini. ” tandasnya melalui siaran pers, Selasa (24/01).

Meskipun mereka berdalih akan mengubah ke versi Indonesia, tetapi menurutnya itu hanya alasan agar mereka bisa masuk ke Indonesia, dan pada akhirnya majalah tersebut tidak ada bedanya dengan Playboy Amerika.

Ia menilai, munculnya majalah Playboy dan majalah-majalah serupa merupakan bagian dari rencana global, rencana orang-orang yang tidak suka dengan ummat Islam dan ingin menghancurkan generasi muda di negeri ini supaya jangan tumbuh menjadi generasi yang baik.

Heryawanmenegaskan, momentum ini merupakan momentum yang tepat bagi ummat Islam di Indonesia untuk menolak semua majalah-majalah dan tabloid-tabloid serupa yang sudah beredar sebelumnya, seperti Popular, Matra, dan lain-lain. “Walaupun tidak ‘sehebat’ Playboy, tapi ini sama mengkhawatirkannya,” ujarnya.

“Inilah waktunya untuk mengangkat semua ke permukaan. Kalau kita masih punya keinginan untuk membangun bangsa ini, marilah sama-sama kita menolak majalah ini, juga majalah-majalah lainnya yang hanya mengumbar nafsu semata,” ajak Heryawan.

Ia menambahkan, kita semua sepakat bahwa informasi haruslah masuk melalui media, antara lain melalui majalah, tabloid, dan koran, dan masuknya informasi tidaklah boleh dihambat, tapi di sisi lain kita juga tidak boleh lupa bahwa kita punya komitmen untuk menjaga moral bangsa ini. Jangan sampai atas nama informasi, moral bangsa dikorbankan. Kalau ini sampai terjadi, maka akan mengganggu pembangunan mental generasi muda ke depan.

“Saya juga meminta agar Menteri Komunkasi dan Informasi untuk melarang penerbitan majalah Playboy dan majalah-majalah sejenisnya. Kita semua menyesalkan melempemnya Menteri Komunikasi dan Informasi untuk urusan-urusan seperti ini, padahal saya berharap Kementrian inilah yang akan menjadi garda untuk menghadang arus informasi dan westernisasi yang masuk ke negeri ini,” katanya. (Travel)