Sastrawan Internasional: Puisi Sukmawati Langgar Rambu-Rambu Puisi

“Ibu Indonesia itu kan multi-kultur, coba kita simak sejarah dan tradisi para perempuan pejuang Indonesia dari Sabang sampai Meraku? Apakah tampilan pejuang perempuan kita, seperti Tjut Nya Dien (Aceh), Hj. R. Rasuna Said (Jawa), Opu Daeng Risodju (Sulawesi Selatan), dan lain-lain, berkonde? Keseharian Tjut Nyak Dien dan Opu Risadju berkerudung. Begitu juga Hj. Rasuna Said. Berkerudung. Apakah mereka bukan ibu Indonesia? Jelas, mereka juga ibu Indonesia. Jadi, tampilan perempuan berkonde, atau perempuan yang membuarkan rambutnya terurai, hanyalah tampilan sebagian perempuan Indonesia. Jadi, lagi-lagi, Sukmawati juga perlu belajar tentang realitas Ibu Indonesia yang bhineka itu. Jangan hanya terpesona pada konde, atau rambut yang terurai,” papar A.Y. Herfanda.

Dalam kasus ini, A.Y. Herfanda mengharap Sukmawati Soekarnoputri untuk dapat lebih berhati-hati lagi dalam melakukan kritik atau perbandingan, jangan sampai maksud baik justru mengundang perpecahan yang tidak perlu.

“Pahami masalah secara benar sebelum menulis puisi, agar dapat memilih ungkapan-ungkapan yang lebih pas. Jangan sampai maksudnya baik malah mengundang kemudharatan atau perpecahan yang tidak perlu,” imbuhnya. (Rmol)