Selamat Datang, Malam-Malam Piala Dunia

Perhelatan Piala Dunia di Afrika Selatan 2010 hanya tinggal hitungan jam saja. Tidak kurang dari dua hari lagi. Gaungnya, sudah jauh-jauh hari terasa di negara yang tak punya perwakilannya bernama Indonesia. Media massa terus mengupas, dan di semua sudut jalanan terlihat pamflet, banner, dan spanduk besar.

Mulai besok, setiap malam dipastikan setiap penjuru dunia ini, juga di pelosok-pelosok pengap di Indonesia, akan menjadi ramai dan hangat. Di kafe, lapangan, warung kopi, dan juga di rumah-rumah. Tak terkecuali, di wilayah yang penduduknya mayoritas Muslim.

Selama lima tahun sekali, mungkin inilah juga salah satu periode ironik dalam hidup kita sebagai seorang Muslim. Walaupun mudah-mudahan tidak, tetapi tampaknya, selama Piala Dunia berlangsung, sebagian besar dari kita akan juga mengubah jam tubuh kita; tanpa disadari berazam kuat untuk bangun malam, begadang menonton pertandingan-pertandingan. Jika tidak semuanya, mungkin sebagian besarnya, mungkin setengahnya, atau mungkin beberapa pertandingan di antaranya.

Andaikata, energi Piala Dunia ini juga dilakukan untuk hal lain di jam yang sama, di waktu yang lain, yaitu melakukan muwajahah dengan Allah swt di malam-malam yang hening dan sunyi. Di mana kita berdiri, bangun dari tidur di sepertiga malam, mengambil wudhu, melakukan qiyyamulail, dan tilawah. Maka, setiap malam di rumah setiap Muslim akan terasa hangat, untuk seluruh keluarga. Kondisi yang sama juga yang dirasakan oleh seluruh keluarga ketika siaran Piala Dunia ditayangkan, hangat dan bahkan panas, namun dengan tujuan dan pencapaian yang sama sekali jauh berbeda.

Coba bayangkan, jika hal ini kita terapkan di malam-malam yang lain (atau juga malam-malam ini?); membangunkan tidur seluruh keluarga di malam hari untuk sama-sama qiyyamulail dan tilawah Quran, dan rumah kita pun menjadi hangat.

Mungkin ada apologi itu: Piala Dunia hanya empat tahun sekali. Tetapi, coba tanyakan kepada diri sendiri; bagaimana dengan waktu-waktu malam-malam lain yang selama ini terlewatkan?

"Bangunlah (untuk salat ) di malam hari, kecuali sedikit (daripadanya), (yaitu) seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit. Atau lebih dari seperdua itu. dan Bacalah Al Quran itu dengan perlahan-lahan. Sesungguhnya kami akan menurunkan kapadamu perkataan yang berat. Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyuk) dan bacaan di waktu itu lebih berkesan. Sesungguhnya kamu pada siang hari mempunyai urusan yang panjang (banyak). Sebutlah nama Tuhanmu, dan beribadatlah kepada-Nya dengan penuh ketekunan." (Al-Muzammil: 2 – 8). (sa)