Sindir Gus Miftah, UAS: Tak Bisa Bedakan Toleransi dan Telor Asin

Sebelumnya diberitakan, Pimpinan Pesantren Ora Aji, Sleman, Yogyakarta, Gus Miftah Maulana Habiburrahman memberikan klarifikasi atas ceramahnya yang viral di Gereja Bethel Indonesia (GBI) Amanat Agung di Penjaringan, Jakarta Utara.

Gus Miftah mengatakan bahwa itu bukan ceramah, melainkan orasi kebangsaan atas undangan panitia di sebuah gereja kawasan Jakarta Utara.

“Saat itu saya hadir bersama Mas Anies Baswedan, Gubernur DKI Jakarta, Sekjen PBNU Gus Helmy dan beberapa tokoh agama FKUP lah disana, dan itu atas undangan mereka,” kata Gus Miftah.

Gus Miftah menegaskan dalam undangan yang diberikan pihak GBI adalah untuk menyampaikan orasi kebangsaan dalam rangka peresmian GBI Amanat Agung Penjaringan.

“Dicatat, dalam rangka peresmian, bukan dalam rangka peribadatan,” tegasnya.

Sementara, ini isi orasi Gus Miftah yang sempat ramai diperbincangkan publik. Di saat aku menggenggam tasbihku, dan kamu menggenggam salibmu. Disaat aku beribadah ke Istiqlal, namun engkau ke Katedral.

Di saat bioku tertulis Allah SWT, dan biomu tertulis Yesus Kristus. Di saat aku mengucap Assalamu’alaikum, dan kamu mengucap Salom. Di saat aku mengeja Alqur’an, dan kamu mengeja Al-Kitabmu.

Kita berbeda saat memanggil nama Tuhan. Tentang aku yang menengadahkan tangan dan kau yang melipatkan tangan saat berdoa.

Aku, kamu, kita. Bukan Istiqlal dan Katedral yang ditakdirkan berdiri berhadapan dengan perbedaan namun tetap harmonis.

Andai saja mereka memiliki nyawa, apa tidak mungkin mereka saling mencintai dan saling menghormati antara satu dan yang lainnya. [Gelora]