Staf Media Prabowo Lapor Polisi Usai Jadi Korban Love Scamming

Eramuslim.com – Kani Dwi, staf media pribadi Presiden RI Prabowo Subianto, melaporkan dugaan penipuan bermodus love scamming dan pelanggaran UU ITE ke Polda Banten. Ia melaporkan dua akun media sosial, yaitu @febrianalydrss_ dan @mfthsy__, setelah merasa tertipu secara emosional dan finansial.

Dalam laporannya, Kani menyebut bahwa akun @febrianalydrss_ mengaku sebagai mantan pilot Garuda Indonesia yang kini bekerja di maskapai Emirates, dan sering berkomunikasi dengannya. Namun, setelah menelusuri lebih lanjut, ia menemukan bahwa foto-fotonya saat bertugas di Istana digunakan ulang oleh akun tersebut untuk mengesankan seolah si pelaku juga bekerja di lingkungan kepresidenan.

Penipuan itu berujung pada kerugian finansial. Kani mengaku meminjamkan uang sebesar Rp13 juta dan Rp35 juta kepada pelaku, yang mengaku butuh dana untuk membantu sepupunya, Cipa (pemilik akun @mfthsy__), serta untuk administrasi kerja di Emirates.

Kecurigaan mulai muncul saat Kani melihat unggahan foto-foto pelaku bersama kru Emirates yang tampak hasil editan. Ia juga menemukan bahwa video yang diunggah pelaku ternyata berasal dari sumber lain. Kani lalu melakukan pengecekan mandiri, termasuk menghubungi langsung kru Emirates dan melacak lokasi nomor ponsel pelaku, yang ternyata berada di Rangkasbitung, Banten — bukan di Dubai seperti yang diklaim.

Kani kemudian menyelidiki sendiri ke lokasi dan mewawancarai warga sekitar, termasuk ke rumah yang diklaim milik orang tua pelaku dan ke alamat tempat ia pernah mengirim bunga. Dari penelusuran itu, ia menemukan fakta bahwa identitas “Cipa” sebenarnya adalah Marpuah, dan dugaan mengarah pada seorang bernama Galan Febriansyah, mantan staf kargo yang juga pernah mengaku sebagai pilot Garuda.

Kani mengaku belum pernah bertemu langsung dengan pelaku utama, Febrian, karena selalu ada alasan setiap kali diajak bertemu atau video call. Kini, ia berharap laporan ini bisa ditindaklanjuti agar tidak ada korban lainnya.

Modus love scamming yang makin marak terjadi melalui media sosial. Pelaku kerap menggunakan identitas palsu, foto-foto yang dicatut, serta cerita yang menyentuh hati untuk membangun kepercayaan korban. Mereka memanfaatkan kedekatan emosional untuk kemudian meminta uang atau bantuan materi dengan berbagai alasan.

Pakar keamanan digital mengimbau masyarakat untuk selalu skeptis terhadap profil yang terlalu sempurna di media sosial, terutama jika belum pernah bertemu langsung. Hindari memberikan data pribadi atau meminjamkan uang kepada orang yang hanya dikenal secara daring, meskipun tampak akrab atau romantis.

Masyarakat juga diingatkan untuk selalu memverifikasi informasi secara mandiri dan tidak ragu untuk melapor ke pihak berwajib jika mencurigai adanya penipuan. Kasus seperti yang dialami Kani menjadi bukti nyata bahwa siapa pun bisa menjadi target, bahkan seorang staf presiden sekalipun.

Sumber: CNN Indonesia

Beri Komentar