Surat Terbuka Dr. Chusnul Mariyah Untuk Megawati soal RUU HIP

Berikut ini penjelasan saya, kenapa saya menulis surat ini kepada Ibu Mega. Pertama, sebagai sesama perempuan, seorang scholar dari negeri Maghribi (Marokko) Fatima Mernisi pernah menulis bahwa menulis surat ke penguasa lebih baik dibandingkan pergi ke salon untuk melakukan face lift. Saya ingin menyampaikan beberapa pandangan saya dalam perspektif perempuan tentang kekuasaan yang bersifat power to do, bukan power over yang lebih maskulin. Perempuan berkuasa itu lebih bicara tentang caring, mengayomi, melakukan sesuatu untuk anak bangsa sesuai dengan cita-cita para pendiri bangsa yang termaktub dalam pembukaan UUD 1945. Yaitu melindungi segenap tumpah darah Indonesia, mencerdaskan bangsa, mensejahterakan rakyat dan ikut dalam ketertiban dunia untuk perdamaian dan keadilan.

Kedua, karena Ibu adalah ketua umum dari partai politik yang menjadi pendukung utama dari pengusung Capres pada pilpres 2014 dan 2019 ini. Mau tidak mau tanggung jawab ada di pundak Ibu Mega terhadap merah putihnya kiblat bangsa ini.

Ketiga, karena saya pernah dalam suatu masa berkoordinasi dengan presiden dan pimpinan DPR saat Pemilu 2004. Suksesi pemerintah secara langsung pertama dalam sejarah politik di Indonesia, yang alhamdulillah tidak ada setetes darah pun yang tercecer. Ibu masih ingat bagaimana kami meminta agar Ibu sebagai Presiden untuk membuat perpu tentang jadwal waktu logistik sampai di TPS? UU memerintahkan 10 hari sebelum hari H, kami meminta agar 3 hari sebelum hari H, karena kami KPU memikirkan masalah keamanan surat suara bila 10 hari semua logistik sudah di TPS?

Setelah pemilu selesai, sehari sebelum Ibu Mega ke luar istana, kami melaporkan pelaksanaan pemilu dan Ibu Mega menyampaikan kepada ketua KPU, apakah masih ada yang dibutuhkan oleh kami KPU tanda tangan Presiden? Ibu Mega mengatakan bahwa Ibu masih memiliki 24 jam untuk memberikan tanda tangan Ibu sebagai Presiden. Saat itu, karena kami, insyaAllah sudah bekerja dengan benar, adil, sesuai dengan amanah yang diberikan kepada kami, kami tidak meminta apapun tanda tangan Presiden. Kami berterima kasih bahwa Presiden tidak intervensi kerja KPU pada Pemilu 2004. Kami mengalami beberapa insiden untuk mencoba intervensi. Kami bekerja mendapatkan kiriman 11 peluru, dan juga kantor kami di bom (tidak terlalu besar), namun KPU dapat mengatasinya untuk tetap bersikap mandiri.

Ibu Megawati yang terhormat, apakah Ibu masih ingat diskusi dua jam lebih sambil makan siang di rumah keluarga Ibu bersama salah satu tokoh partai Ibu dan saya berdua dengan adik saya? Makan siang kepiting saos lada hitam dan udang? Saat itu saya sedang berkunjung ke tokoh-tokoh nasional untuk memberikan klarifikasi karena KPU sedang mendapatkan musibah tsunami politik setelah berhasil melaksanakan pemilu yang diakui oleh dunia internasional. Biaya tiga kali pemilu (pileg, pilpres dua putaran) saat itu hanya 7,2 (tujuh koma dua) trilyun? Kotak suara dan bilik suara aluminium sudah dipergunakan 13 kali pemilu. Pertama kali Indonesia memiliki database penduduk dengan 12 variabel termasuk penyandang cacat? Pertama kali pula KPU memiliki data IT per TPS yang diinput dari kecamatan oleh para aktivis mahasiswa dari perguruan tinggi se-Indonesia, dari Unsyiah sampai Uncen.