Syamsu Hilal: Kebijakan Impor Beras Sudah Didesain Sejak Awal

Keputusan pemerintah untuk mengekspor beras dari Vietnam dinilai sarat dengan kepentingan politis kelompok-kelompok yang selama ini mendukung impor beras. Alasannya, sejak awal sudah ada desain dan skenario bagaimana Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menerima kebijakan impor beras.

"Ini sudah ada nuansa politis. Ini kemenangan kelompok yang pro impor. Kelihatanya beliau (SBY) hanya melihat data-data yang diberikan Bulog," ujar anggota Komisi IV dari F-PKS Syamsu Hilal, di Jakarta, Rabu (4/1/).

Menurutnya, langkah-langkah dan sinyalemen untuk mengimpor beras terlihat dengan skenario kelangkaan pupuk. "Sudah ada gerakan-gerakan tertentu yang mengarahkan untuk mengimpor beras," papar dia.

Ia menambahkan, kenaikan harga beras beberapa hari ini hanyalah kenaikan instant. Sebab, dengan kenaikan itu seoalah-oleh ada kesan persediaan beras dalam negeri tidak mencukupi.

Parahnya lagi, terang Syamsu, Bulog telah mengultimatum Departemen Pertanian (Deptan) bahwa kebutuhan beras nasioanl harus dipenuhi paling lambat 5 Januari 2005. "Ini sekenario yang ditempuh untuk meyakinkan pemerintah," terang Syamsu, yang juga alumnus Institut Pertanian Bogor (IPB).

Langkah pemerintah yang menyetujui impor beras, menurutnya, akan menambah penderitaan petani lokal. Selain itu dengan kebijakan tersebut, Menteri Pertanian (Mentan) Anton Apraintono-lah yang tertampar. Pasalnya, dialah yang sebelumnya menegaskan tidak ada impor beras, karena stok nasional terpenuhi dari petani lokal .

Dalam waktu dekat ini ia akan meminta Komisi IV memenggil Mendag Marie Elka Pangestu, Mentan Anton Apriantono, Meneg BUMN Suguharto, dan KaBulog Puspoyo Widjanarko untuk menjelaskan masalah tersebut.(dina)