Tak Dengarkan Musik Agar Hafal Alquran Bukan Teroris!

Bagi bangsa Indonesia, sikap berlebihan dengan menuding soal-soal konservatisme terkait dengan terorisme malah akan berakibat negatif. Akan ada pihak yang merasa hak asasinya dikurangi.”Para santri itu misalnya, mereka kan merasa berhak itu kuping-kuping dia kok yang lain ikut pada ribut. Perkara tidak mau dengar bunyi atau musik ini dan itu kan haknya. Mengapa mereka diganggu,” ujarnya.

Tak hanya itu, Chaidar juga menyatakan sangat menyayangkan bila simplikasi santri yang menutup telinga kala mendengarkan musik itu terkait tanda awal teroris tersebut dikatakan oleh pihak politisi. Ini karena pernyataan dia akan menimbulkan efek panjang dan menyakiti kaum santri yang kini masih bersikap seperti itu karena adanya satu keperluan dan pemahaman.

”Saya ngenes saja. Sebab, konservatisme berbeda dengan sikap dukungan kepada terorisme. Apalagi dalam Islam mendengarkan musik hukumnya terjadi khilafiah atau diperdebatkan. Yang jelas mendengarkan musik itu hukumnya mubah,” katanya lagi.

Apakah ciri tak mau mendengarkan musik itu misalnya sebagai ciri pendukung gerakan Darul Islam yang tengah ditelitinya? Al Chaidar menjawab juga tidak. Orang atau pengikut Darul Islam misalnya tidak mendengarkan musik karena tidak ada asupan soal itu. Dan kalau musiknya dianggap bagus mereka bersedia saja.

”Sekali lagi, jangan terlalu gampang simplikasi masalah. Ini termasuk Islamphobia yang akut,” tegasnya. (ROL)