Tunjuk Luhut dan Tenggat Waktu Yang DIkasih Jokowi Gak Masuk Akal

Pasien yang dinyatakan sembuh sepanjang 15-21 September ada 2.456. Jumlahnya lebih banyak dibanding periode 9-15 September, 1.443 pasien. Per 21 September, 10.755 pasien sembuh dari total 18.077 pasien terkonfirmasi sehingga rasio kesembuhannya 59,5 persen. Sementara pada 15 September, terdapat 8.319 orang sembuh dari total 15.231 kasus sehingga rasio kesembuhannya 54.6 persen.

Di Sulsel, sepanjang 15-21 September, terdapat penambahan 945 kasus baru, lebih tinggi dibanding periode 8-14 September yakni 633 kasus. Tingkat kematian pada 21 September mencapai 2,8 persen–399 kematian dari 14.396 kasus. Angka itu lebih rendah dari 15 September, yakni 2,9 persen, dan 9 September 3,0 persen.

Pada 21 September tercatat ada 10.551 kesembuhan dari 14.396 kasus, sehingga tingkat kesembuhan mencapai 73,3 persen. Angka itu lebih rendah dibanding 15 September yang mencapai 75,2 persen dan 9 September 76,4 persen.

Di Jatim, sepanjang 15-21 September, terjadi penambahan 2.267 kasus, lebih tinggi dari sepekan sebelumnya, 2.097 kasus. Dari aspek kematian, pada 21 September tercatat ada 2.990 kematian dari 41.076 kasus, sehingga tingkat kematian mencapai 7,2 persen, tak berubah dari 15 September.

Dalam skala nasional, kasus COVID-19 berpusat di provinsi yang ‘dipegang’ Luhut. Kontribusinya mencapai 46 persen dari total kasus nasional. Selain itu, 60 persen kematian akibat COVID-19 disumbangkan oleh DKI, Jatim, dan Jateng. CFR tertinggi di Indonesia pun berada di Jatim dan Jateng.

Kecenderungan penambahan kasus nasional pun meningkat. Pada 14 September, ketika Luhut mengumumkan ia diperintahkan khusus Jokowi menangani Corona di sembilan provinsi, penambahan kasus mencapai 3.141. Penambahan kasus harian semakin sering berada di angka lebih dari 4.000 (19 September, 21 September, 22 September, dan 23 September). Bahkan pada 23 September, penambahan kasus harian mencatatkan rekor baru: 4.465.

Salah Orang, Salah Target

Mouhammad Bigwanto, epidemiolog dari Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka, mengatakan memang tidak ada perubahan berarti setelah Luhut ditunjuk Presiden. Namun menurutnya itu wajar belaka sebab tenggat tak masuk akal.

“Dua minggu itu enggak masuk akal. Dari sisi inkubasi virus enggak masuk akal, dari sisi pencarian informasi upaya pencegahan yang efektif juga enggak masuk akal,” katanya kepada reporter Tirto, Rabu (23/9/2020).

Bigwanto mengingatkan bahwa masa inkubasi virus itu dua pekan. Jadi jika misalnya hari ini kasus meningkat, maka kemungkinan infeksi terjadi sebelum Luhut ditunjuk. Dan jika pun Luhut berhasil menekan laju penularan, maka hasilnya akan baru terlihat setelah dua pekan.