Ustad Adi Hidayat: Pendiri NU KH Hasyim Ashari Fatwa Haram Muslim Masuk ke Gereja

Eramuslim.com – PENDAKWAH ternama, Ustadz Adi Hidayat (UAH), menjelaskan awal mula aliran-aliran sesat masuk dalam Tubuh Nahdatul (NU).

Adi Hidayat menjelaskan sebuah kitab yang ditulis oleh pendiri NU, Kiyai Haji Hasyim Ashari. UAH bilang bahwa Hasyim Ashari semasa hidupnya telah menulis sebanyak19 buah kitab.

Salah satu kitabnya menjelaskan soal alian sesat masuk ke tanah Jawa dan NU.

“Pendiri Nahdatul Ulama, KH Hasyi Ashari, pernah menulis kitab, beliau punya 19 kitab. Kitab kedua judulnya: Risalah Ahlussunah Waljamah. Di kitab ini, di halaman ke-9 judulnya tentang Fasbun. (Yaitu) Pasal yang menerangkan munculnya bid’ah di tanah Jawa. Bid’ah yang dimaksudnkan bukan bid’ah fiqih bukan, tapi aqidah. Aliran sesat,” jelas Ustad Adi Hidayat diktip FIN dari kanal YoTube Ustadz Lovers, Senin (3/5).

Dalam kitab itu, dijelaskan Adi Hidayat, KH Hasyi Ashari memaparkan bahwa penduduk Jawa adalah ahlussunnah waljamaah. Tetapi kemudian ada aliran-aliran baru yang masuk, diantaranya adalah Syiah Rafidah.

“Kata beliau, penduduk Jawa itu seluruhnya adalah Ahlussunah walajamah. Tapi tibalah di tahun 1330 Hijriah, tiba-tiba entah dari mana masuk paham-paham ke Jawa dan merubah keadaan ahlussunah itu, bahkan ada penyimpangan-penyimpangan. Di antara penyimpangan itu adalah Rafidah. Rafidah itu Syiah. Itu disebut oleh KH Hasyim yang mendirikan Nahdatul Ulama tanggal 31 Januari 1926. Itu aliran menyimpang, dulu ga ada Syiah,” jelas Adi Hidayat.

Dia bilang yang menarik dari kitab KH Hasyi Ashari itu adalah ada aliran di tubuh NU yang ikut-ikut ke Gereja. Hasyim Ashari sendiri memberikan fatwa haram ke rumah Ibadah orang lain.

“Yang menarik di halaman-14, bahkan ditemukan ada orang-prang yang ikut-ikutan ke Gereja. Jadi tahun 1930 itu sudah ada ikut-ikutan. KH Hasyim Ashari memberikan faktual, tidak boleh ikut-ikutan ke Gereja. Bahkan beliau menghukumi, siapa yang masuk ke sana, memakai simbol-simbol, maka ikut dalam kekafiran mereka,”papar Adi Hidayat.