Selama tiga bulan (Mei-Agustus 2006) menggelar “Bulan Pengaduan Pendidikan”, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) bersama beberapa Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) berhasil menjaring 123 pengaduan dari masyarakat, pengaduan tersebut didominasi dengan keluhan masalah pungutan –pungutan dalam penyelenggaraan pendidikan.
Pengurus Harian YLKI Sudaryatmo dalam Acara Forum Dialog Pendidikan, di Auditorium JMC, Jakarta, Rabu (30/8) mengungkapkan, ”Pungutan menjadi keluhan tertinggi, disusul dengan keluhan masalah buku pelajaran, penerimaan murid, dan sisanya pengaduan menyebar pada masalah-masalah lain yaitu ujian, bantuan operasional sekolah (BOS), proses belajar mengajar, infrastruktur dan pengelolaan SDM."
Menurutnya, berdasarkan data yang diperoleh dalam bulan pengaduan tersebut paling banyak pengaduan berasal dari orang tua siswa dan sekolah dasar menjadi urutan yang tertinggi dari segi level pendidikan yang banyak dikeluhkan, yaitu sebanyak 41 persen.
Sudaryatmo menjelaskan, dari penyebaran lokasi pengaduan, Jakarta menjadi tempat asal terbanyak datangnya laporan pengaduan, dibanding wilayah Bogor, Bekasi, Tangerang dan Depok. ”Pengaduan umumnya datang dari Jabodetabek, penyelenggara pendidikan di Jakarta paling banyak dikeluhkan oleh masyarakat,” ujarnya.
Ia menambahkan, pada umumnya orang tua tidak mempersoalkan tingginya pungutan-pungutan yang dilakukan oleh sekolah, asalkan transparan dan penggunaannya jelas.
Ia menyatakan, dengan banyaknya keluhan dari masyarakat tentang masalah pendidikan setiap tahunnya, diharapkan keterbukaan dan peran serta orang tua murid untuk melaporkan penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dalam bidang pendidikan kepada lembaga yang khusus menerima pengaduan, sehingga dapat segera ditindak lanjuti dan memberikan masukan bagi pemerintah untuk memperbaiki mutu pendidikan. (novel)