Negarawan AS: Rusia Bisa Keluar dari Eropa dan Jadi Sekutu Permanen China

Kissinger adalah praktisi terkemuka dari pendekatan realpolitik untuk hubungan internasional yang menempatkan kepentingan praktis negara di atas pendirian ideologis mereka.

Dia ingat bahwa, delapan tahun lalu, ketika krisis Ukraina diluncurkan dengan kudeta bersenjata di Kiev, dia menganjurkan agar Ukraina menjadi negara netral dan “jembatan antara Rusia dan Eropa daripada… garis depan pengelompokan di Eropa.”

Ukraina malah mengejar keanggotaan NATO sebagai tujuan strategis, membuka jalan bagi permusuhan saat ini.

“Peluang yang dia promosikan saat itu tidak ada lagi tetapi itu masih bisa dianggap sebagai tujuan akhir,” papar Kissinger.

“Barat harus mengingat gambaran yang lebih besar dan mengingat bahwa Rusia selama 400 tahun telah menjadi bagian penting dari Eropa,” ujar diplomat itu.

Dia memperingatkan, “Eropa harus berhati-hati agar Rusia tidak didorong ke dalam aliansi permanen dengan China.”

Kissinger membahas konfrontasi yang meningkat antara China dan AS, dengan mengatakan kedua negara sekarang menganggap satu sama lain sebagai satu-satunya pesaing strategis mereka yang layak di panggung dunia.

Dia mengatakan perlombaan senjata antara kedua negara adalah skenario yang sangat mengkhawatirkan seluruh dunia.

“Konflik dengan teknologi modern yang dilakukan tanpa adanya negosiasi pengendalian senjata sebelumnya, sehingga tidak ada kriteria batasan yang ditetapkan, akan menjadi malapetaka bagi umat manusia,” tutur dia.

Pertemuan di Davos pekan ini adalah forum internasional terbaru yang mengundang Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky untuk mengajukan kasus atas nama negaranya.

Dalam pidatonya, dia meminta lebih banyak senjata untuk Kiev dan lebih banyak sanksi terhadap Rusia. Dia mengklaim Moskow tidak tertarik merundingkan perdamaian.