eramuslim.com – Presiden Amerika Serikat Donald Trump terus menyuarakan usulannya terkait rekonstruksi Jalur Gaza, Palestina, bahkan berambisi agar AS dapat membeli dan memiliki wilayah tersebut.
Trump juga menyebut bahwa sebagian tanah di Gaza bisa diberikan kepada negara-negara Timur Tengah untuk membantu membangun kembali wilayah itu.
“Saya berkomitmen untuk membeli dan memiliki Gaza. Mengenai pembangunan kembali, kami mungkin akan menyerahkannya kepada negara-negara lain di Timur Tengah untuk membangun sebagian wilayahnya, atau pihak lain dapat melakukannya di bawah pengawasan kami. Tetapi kami bertekad untuk memilikinya, mengambil alihnya, dan memastikan bahwa Hamas tidak kembali,” ujar Trump seperti dikutip Reuters.
Pernyataan tersebut disampaikan kepada wartawan di atas Air Force One saat Trump dalam perjalanan ke New Orleans untuk menghadiri final kejuaraan Super Bowl National Football League (NFL) pada Minggu, 9 Februari.
“Tidak ada yang bisa ditinggali lagi. Tempat itu (Gaza) sudah menjadi puing. Sisanya akan dihancurkan. Semuanya telah hancur,” tambahnya.
Namun, apa alasan Trump begitu ngotot ingin menguasai dan membeli Jalur Gaza?
Wakil Presiden Eksekutif think tank Center for International Policy, Matthew Duss, menilai bahwa usulan Trump didasarkan pada kepentingan ekonomi.
“Trump melihat hampir semua hal sebagai peluang untuk mendapatkan uang,” kata Duss kepada Al Jazeera.
Namun, ia juga menekankan bahwa publik perlu memahami bahwa Trump menganggap kebijakan AS sebagai tindakan yang melanggar kemanusiaan.
“Begitulah cara kita perlu memahami,” ujarnya.
Selama agresi Israel terhadap Palestina, Amerika Serikat dinilai menutup mata terhadap pembunuhan dan pembantaian yang terjadi di sana. AS terus mengalirkan miliaran dolar kepada pemerintahan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan membenarkan klaim bahwa Israel berhak membela diri dari ancaman Hamas.
Di sisi lain, Trump ingin mengurangi pengeluaran AS dan memangkas bantuan luar negeri. Namun, gagasannya mengenai Gaza tetap menuai kontroversi.
Mantan Duta Besar dan Konsul Jenderal Israel di New York, Alon Pinkas, menilai bahwa pernyataan Trump hanyalah retorika belaka dan belum tentu akan diwujudkan.
Menurutnya, Trump adalah sosok yang klise, sulit diprediksi, dan bersifat transaksional.
“Anda tak pernah tahu apa yang dia maksud sampai kita betul-betul melihatnya sendiri,” ujar Pinkas.
Ia juga menggambarkan Trump sebagai “agen kekacauan” yang sering melontarkan ide-ide tidak realistis.
Mengenai rekonstruksi Gaza, Pinkas memperkirakan bahwa proses tersebut akan membutuhkan waktu 15 hingga 20 tahun serta dana miliaran dolar.
“Untuk mencapai itu, Trump berpikir, perlu memindahkan orang-orang. Bagaimana melakukan ini? Dia tak peduli,” kata Pinkas.
Ia juga menambahkan bahwa Trump tidak akan memedulikan kecaman dari dunia internasional terkait gagasannya.
Trump meyakini bahwa jika warga Gaza dipindahkan, proyek kawasan elite “Riviera Timur Tengah” yang digagasnya akan berkembang, menciptakan lapangan pekerjaan, dan menarik investasi.
(Sumber selengkapnya: Cnnindonesia)