Di Usia 25 Kartini Meninggal Karena Dibunuh? Inilah Kontroversi Jelang Kematiannya

Ravesteyn, yang sedang berkunjung ke rumah lain, cepat-cepat datang kembali. Perubahan kondisi itu terjadi begitu mendadak dan tidak wajar. Setengah jam kemudian, dokter tidak bisa menolong nyawa pemikir wanita Indonesia yang pertama ini.

Kartini akhirnya meninggal dunia dalam usia 25 tahun. Desas-desus pun berkembang setelah peristiwa tersebut. Banyak pihak yang mengatakan Kartini telah diracun.

Raden Ajeng Kartini photo

Raden Adjeng Kartini (21 April 1879 – 17 September 1904)

Permainan jahat dari Belanda ingin agar Kartini bungkam dari pemikiran-pemikiran majunya, yang ternyata berwawasan kebangsaan.

Tapi, meski banyak desas-desus negatif tentang kematian Kartini, Sutiyoso Condronegoro, keponakan dari Kartini, mengatakan bahwa keluarga menerima dengan ikhlas meninggalnya Kartini.

Keluarga menganggap kematian Kartini murni karena dia berjuang untuk melahirkan anaknya. Keluarga pun tidak mengusut lagi tentang penyebab kematian Kartini. Sehingga, dugaan pembunuhan itu tetap menjadi misteri.

Sindrom Pre-Eklampsia

Namun, ada pendapat yang berbeda yang dinyatakan para dokter modern di era sekarang. Para dokter tersebut berpendapat bahwa bisa jadi Kartini meninggal karena mengalami Pre-eklampsia.

Pre-Eklampsia (Pre-eclampsia) adalah sindrom yang ditandai dengan tekanan darah tinggi, kenaikan kadar protein di dalam urin (proteinuria), dan pembengkakan pada tungkai (edema).

Pre-eklampsia dialami oleh ibu yang sedang hamil, terutama para ibu muda yang baru pertama kali hamil dengan kondisi di mana ibu hamil mengalami tekanan darah tinggi dan kelebihan kadar protein dalam urine. Tekanan darah normal manusia sekitar 120/80 mm Hg, sedangkan ibu hamil dengan Preeklampsia, tekanan darahnya bisa mencapai di atas 130/90 mm Hg.

Kartini dan suaminya Raden Adipati Joyodiningrat.

Hingga kini, penyebab pasti pre-eklampsia belum diketahui, sehingga masih sulit untuk dicegah kemunculannya. Jika pre-eklampsia bertambah parah pada masa kehamilan, maka akan menyebabkan eklampsia yang dapat berujung pada kematian. Gejala pre-eklampsia biasanya akan mulai saat usia kandungan menginjak 20 minggu.

Gejala-gejala yang dapat dirasakan oleh para ibu hamil antara lain sakit kepala pada daerah dahi, rasa nyeri pada daerah antara perut dan dada, gangguan penglihatan, rasa mual, gangguan pernapasan, dan gangguan kesadaran.

Selain gejala-gejala tersebut, pre-eklampsia akan selalu muncul bersamaan dengan kenaikan berat badan hingga terjadi edema, kenaikan tekanan darah, dan adanya protein di dalam urin.

Pencegahan pre-eklampsia, meskipun penyebab pasti pre-eklampsia belum diketahui, para ibu hamil dapat memperkecil kemungkinan timbulnya pre-eklampsia dengan melakukan diet makanan, istirahat yang cukup, dan melakukan pengawasan kehamilan.