Mengenang Futuh Jakarta 1 Syawal 933 Hijriyah

Eramuslim.com – Pada 1 Syawal 933 Hijriyah, setelah langit mengumandangkan takbir dan tahmid semalaman, Al-Haj Fatahillah terbangun di duapertiga malam untuk menunaikan sholat tahajud. Setelah menyelesaikan rakaat terakhir, ulama asal Samudera Pasai yang memimpin pasukan gabungan, para Mujahidin Demak, Cirebon, dan Banten, ini menengadahkan tangan ke atas, meminta pada Illahi Rabbi agar memberikan sebuah nama bagi bandar Sunda Kelapa yang pagi nanti akan diterimanya dengan damai dari Ratu Nara.

Di tengah kekhusyukannya, tiba-tiba sebuah ayat suci al-Qur’an terlintas di benak Al-Haj Fatahillah. “Inna Fatahna Laka Fathan Mubina…”

“Sesungguhnya Kami telah membentangkan kepadamu (Wahai Muhammad) kemenangan yang nyata…” Itulah bunyi ayat pertama dari surat al-Fath (QS.48). Fatahillah sujud syukur dan bangkit dari sajadahnya.

Ba’da Subuh, takbir dan tahmid kembali bergema ke seantero Sunda Kalapa. Ratu Nara, seorang Muslim kepercayaan Raja Pajajaran, menyerahkan dengan damai Bandar Sunda Kalapa kepada Al-Haj Fatahillah. Dan Fatahillah pun memberi nama baru bagi bandar ini: Jayakarta. Kota Kemenangan. Nama yang diinspirasikan dari ayat pertama Qur’an surat al-Fath.

Di utara Jayakarta, ratusan kapal bermeriam yang diawaki Mujahidin Laut dari Kerajaan Islam Banten, Demak, dan Cirebon, yang telah disebar di beberapa pulau strategis di Kepulauan Seribu pagi itu mulai melihat tiang layar armada perang kafir-Portugis muncul di kejauhan.