Perang Bani Qainuqa, Pengkhianatan Yahudi sehingga Terusir dari Madinah

Hal tersebut terlihat jelas dari sikap mereka saat menghadiri undangan Rasulullah SAW setelah Perang Badar. “Saudara-saudara Yahudi, sebaiknya kalian masuk Islam sebelum apa yang menimpa kaum Quraisy itu juga menimpa kalian,” ajak Rasulullah .

Namun mereka menolak masuk Islam dan justru menyombongkan diri, seraya berseru “Wahai Muhammad, jangan terpedaya dengan keberhasilan kalian membunuh orang-orang Quraisy. Sebab, sesungguhnya mereka adalah bangsa yang tidak berpengalaman dan tidak tahu cara berperang. Sungguh, jika kalian berani memerangi kami, Engkau akan mengetahui betapa hebatnya bangsa seperti kami ini!”

Allah SWT lalu menurunkan firman-Nya : “Katakanlah kepada orang-orang yang kafir, Kamu pasti akan dikalahkan (di dunia ini) dan akan digiring ke dalam neraka jahanam, dan itulah tempat yang seburuk-buruknya. Sesungguhnya telah ada tanda bagi kamu pada dua golongan yang telah bertemu (bertempur). Segolongaan berperang di jalan Allah dan (segolongan) yang lain kafir yang dengan mata kepala melihat (seakan-akan) orang-orang Muslimin dua kali jumlah mereka. Allah menguatkan dengan bantuan-Nya siapa yang dikehendaki-Nya. Sesunggahnya pada yang demikian itu terdapat pelajaran bagi orang- orang yang mempunyai mata hati,” (QS Ali Imran ayat 12-13).

Keonaran kaum Yahudi semakin menjadi-jadi, hingga datang suatu kejadian di mana seorang perempuan Muslimah berbelanja di pasar Bani Qainuqo. Orang-orang Yahudi tersebut melecehkan dengan meminta agar perempuan itu menyingkap jilbabnya.

Tentunya dia menolak, tapi salah seorang dari kaum Yahudi tersebut diam-diam mengikat ujung pakaian perempuan Muslimah itu, sehingga ketika dia berdiri tersingkaplah auratnya dan membuatnya jatuh tersungkur. Perempuan itu menjerit dan minta tolong.

Melihat kejadian itu, seorang Muslim yang kebetulan berada di lokasi berusaha menolong, tetapi dia justru dikeroyok orang-orang Yahudi hingga meninggal dunia. Peristiwa tersebut membangkitkan kemarahan kaum Muslimin untuk menuntut balas atas perilaku kaum Yahudi. Maka, sejak itu bentrokan dan perkelahian antara kaum Muslimin dan Yahudi Bani Qainuqa kerap kali terjadi.

Dalam suatu riwayat Ibnu Ishak, bahwa pecahnya perang Bani Qainuqa dipicu keonaran-keonaran yang dilakukan kaum Yahudi sehingga menyebabkan pengusiran kaum Yahudi dari Madinah. Inilah penyebab utama pengusiran mereka, karena sikap mereka yang terang-terangan memperlihatkan permusuhan dan menentang kaum Muslimin. Hal itu terbukti dengan keberanian mereka untuk mengingkari perjanjian dan membuat onar di Madinah.

Rasulullah bersama kaum Muslimin melakukan aksi balasan dengan mengepung kaum Yahudi selama 15 hari 15 malam berturut-turut tanpa ada dari mereka yang masuk ataupun keluar dari tempatnya. Saat situasi semakin bahaya karena tidak ada pasokan makanan yang masuk, mereka kemudian menyerah dengan menawarkan anak-anak dan istri-istri mereka

Rasulullah SAW tidak teperdaya sedikitpun. Melalui pimpinan kaum Yahudi, Abdullah ibn Ubay ibn Salul mendatangi Rasulullah. Abdullah ibn Ubay memaksa agar Rasulullah mau menerima tawaran damai kaum Yahudi tersebut.

Bahkan dengan nada mendesak, dia berkata, “Berbuat baiklah kepada kawan-kawanku. Sebanyak 400 orang tanpa senjata dan 300 tentara berbaju zirah yang telah membelaku bertahun-tahun itu akankah engkau habisi dalam sehari?” Lalu, Rasulullah menjawab dengan tegas, “Mereka semua untukmu.”

Setelah itu, Rasulullah SAW memerintahkan seluruh kaum Yahudi untuk keluar dari Madinah. Rasulullah SAW mengutus Ubadah ibn Shamit untuk mengurus persoalan tersebut.

Pada saat kaum Yahudi itu memerangi Rasulullah, Ubadah ibn Shamit telah keluar dari golongan mereka. Untuk menggambarkan peristiwa tersebut, Allah SWT menurunkan sebuah ayat yang menyinggung posisi Ubadah ibn Shamit dan Abdullah ibn Ubay ibn Salul.

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebagian mereka adalah pemimpin bagi sebagian yang lain. Barang siapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim. Maka kamu akan melihat urang-orang yang ada penyakit di dalam hatinya (orang-orang munafik) bersegera mendekati mereka (Yahudi dan Nasrani) seraya berkata, “Kami takut akan mendapat bencana. Mudah-mudalan Allah akan mendatangkan kemenangan (kepada Rasul-Nya) atau suatu keputusan dari sisi-Nya. Oleh karena itu, mereka menjadi menyesal terhadap apa yang mereka rahasiakan dalam diri mereka,” (QS Al-Maidah: 51-52).