Sedih dan Lapar: Ada Apa dengan Lebaran 1960-an dan 2020?

Eramuslim.com – Ketika semalam menelpon guru besar falsafah Islam sekaligus penyair sufi, Prof DR  Abdul Hadi WM untuk mengucapkan selamat lebaran dan mohon maaf lahir batin, ada pertanyaan yang membuatnya tercekat. Pertanyaan itu adalah: Prof benarkah rakyat Indonesia sekarang banyak yang lapar?

Mengapa pertanyaan ini diajukan? Jawabnya karena siang sebelumnya sempat menelpon ke kampung halaman. Para kerabat berkata jangan khawatir, di kampung aman karena zona hijau dan baru saja panen.’’Di sini panen padi dan sayur melimpah. Alhamdulillah. Bagaimana di tempatmu? Kami justru khawatir kamu kekurangan makan di Jakarta,’’ kata mereka.

Kekhawatiran itu makin menjadi. Ini karena kebetulan pula ada seorang sahabat, Teguh Setiawan, yang baru saja mengeluhkan bila adiknya yang berada di pedalaman Kalimantan dan mengelola kebun sawit kini susah makan. Menurutnya, mobil dan motor mereka memang punya tapi beras susah di dapat. Bahkan sempat beberapa hari lalu makan seadanya, sehari sekali.

‘’Ini tragis. Seumur-umur adik saya tak pernah mengeluh susah makan. Kini dia sudah mengaku minta  bantuan buat beli beras. Mau jual mobil yang dipakai mengangkut sawit — bahkan motor yang biasa dipakai ke kebun —  tak bisa karena juga tak ada yang beli. Rakyat petani kebun sawit sama-sama tak punya uang,’’ katanya seraya mengisahkan adiknya yang sudah 20 tahun mengelola kebun sawit.