Syaikhona Kholil, Guru Para Pahlawan yang Diusulkan Jadi Pahlawan

Santri pertama yang datang dari Jawa tercatat bernama Hasyim Asy’ari, dari Jombang. Kemudian banyak santri-santri lain yang menimba ilmu agama dari Mbah Kholil. Selain KH. Hasyim Asy’ari, pendiri NU dan pendiri, pengasuh Pondok Pesantren Tebu Ireng Jombang ada juga KHR. As’ad Syamsul Arifin, Pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah, Sukorejo Asembagus, Situbondo. KH. Wahab Hasbullah: Pendiri, Pengasuh Pondok Pesantren Tambak Beras Jombang. Pernah menjabat sebagai Rais Aam NU (1947 – 1971).

KH. Bisri Syansuri, Pendiri, Pengasuh Pondok Pesantren Denanyar, Jombang.KH. Maksum, Pendiri, Pengasuh Pondok Pesantren Rembang, Jawa Tengah. KH. Bisri Mustofa, Pendiri, Pengasuh Pondok Pesantren Rembang. KH. Muhammad Siddiq, Pendiri, Pengasuh Pesantren Siddiqiyah, Jember.

KH. Muhammad Hasan Genggong, Pendiri, Pengasuh Pondok Pesantren Zainul Hasan Genggong. KH. Zaini Mun’im, Pendiri, Pengasuh Pesantren Nurul Jadid, Paiton, Probolinggo dan puluhan kiai besar lainnya.

Guru Besar Sosiologi Agama Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel Surabaya Abdul A’la menyebut, Syaikhona Kholil memiliki banyak santri yang tersebar ke seluruh penjuru Nusantara. Bahkan, sebagian diantaranya menyandang gelar pahlawan nasional.

Seperti pendiri NU KH Hasyim Asy’ari, KH Wahab Hazbullah hingga KH As’ad Syamsul Arifin Situbondo. “Pada zamannya, Syaikhona Kholil adalah episentrum keilmuan agama Islam di Indonesia,” katanya.

Menurutnya, salah satu ajaran Syaikhona Kholil yang masih relevan sampai saat ini dan selalu dipegang teguh oleh semua muridnya adalah hubbul wathan minal iman atau cinta Tanah Air adalah sebagian dari iman. Sehingga, kata dia, penetapan Syaikhona Kholil sebagai pahlawan nasional tidak memiliki alasan untuk ditunda.

“Signifikansi Syaikhona Kholil sebagai pahlawan nasional bukan hanya berjuang untuk menginspirasi perjuangan untuk kemerdekaan, tapi juga mempersiapkan bagaimana mengisi kemerdekaan serta peradaban Islam Nusantara,” ujarnya.

Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa juga sangat mendukung usulan gelar pahlawan nasional kepada Syaikhona Kholil. Menurutnya, jasa ulama yang wafat pada pada 29 Ramadhan 1343 H/ 24 April 1925 Masehi itu terhadap bangsa dan negara saat masa perjuangan tak perlu diragukan lagi. “Sehingga beliau sangat layak mendapatkan gelar pahlawan nasional,” kata Khofifah.

Ia berpesan agar tim khusus yang menangani usulan gelar pahlawan nasional Syaikhona Muhammad Kholil supaya bekerjasama dengan berbagai elemen untuk mengumpulkan dan melengkapi berbagai dokumen yang diperlukan.

“Kelengkapan dokumen yang dibutuhkan oleh Tim Peneliti dan Pengkaji Gelar Daerah (TP2GD) maupun Tim Peneliti dan Pengkaji Gelar Pusat (TP2GP) harus disiapkan dengan baik karena itu berjenjang dan menjadi penentu cepat tidaknya untuk disetujui Dewan Gelar, Tanda Jasa dan Tanda Kehormatan untuk diusulkan kepada Presiden. Jangan sampai seperti saat mengusulkan Trunojoyo sebagai Pahlawan Nasional yang tertunda karena ada sangkalan dari beberapa pihak,” jelas Khofifah.

Gubernur perempuan pertama di Jatim itu mengakui TP2GD Kabupaten Bangkalan telah melakukan kajian dan sarasehan pada 15 Januari 2021. Kemudian ditindaklanjuti Bupati Bangkalan dengan menerbitkan surat rekomendasi untuk usulan gelar pahlawan nasional kepada Alm Syaikhona Muhammad Kholil.