Gelar “Haji” Dulunya Cap Teroris Dari Penjajah Belanda

Eramuslim.com – Tidak ada yang menyagka ternyata gelar haji dahulu merupakan pemberian yang bersifat politik. Padahal, titel sematan di depan nama itu sekarang berubah sifat menjadi sebuah kehormatan. Bagaimana tidak, mayoritas hanya orang-orang yang memiliki rezeki lebih dan berkemampuan fisik mumpuni yang mampu menunaikan ibadah haji ke tanah suci Arab Saudi.

Sebagaimana Okezone kutip dari sejumlah sumber, Rabu (29/8), kala itu warga pribumi yang baru pulang berhaji bakal langsung mendapat gelar ‘haji’ di depan namanya. Alih-alih disebutkan kalau pemberian tersebut merupakan suatu kehormatan, penjajah Belanda yang sedang berkuasa ternyata menerapkan peraturan wajib menambahkan gelar haji untuk menandai mereka dan mudah mengawasinya.

Orang-orang yang menunaikan ibadah kelima dari rukun Islam ini memang rata-rata adalah tokoh masyarakat. Setelah pulang berhaji, mereka ditakutkan justru memberikan perubahan di lingkungan sekitar, dan akhirnya membahayakan Pemerintah Hindia-Belanda.

Sebut saja KH Ahmad Dahlan yang ketika pulang berhaji mendirikan Muhammadiyah. Lalu ada KH Hasyim Ashari membentuk Nahdlatul Ulama (NU) usai dari Tanah Suci. Kemudian Samanhudi membuat Sarekat Dagang Islam sepulangnya dari berhaji. HOS Cokroaminoto mendirikan Sarekat Islam setelah menunaikan ibadah haji. Serta Ki Hajar Dewantara menjadi aktivis pendidikan di dalam negeri.