Budaya Salam Sinkretisme
Oleh M Rizal Fadillah
Budaya Salam Sinkretisme oleh M Rizal Fadillah, Pemerhati Politik dan Keagamaan.
Seorang guru besar bercerita pengalaman menguji dalam sidang tertutup di kampus sebuah Perguruan Tinggi Negeri.
Ketika promovendus menyampaikan paparan disertasinya ia memulai dengan salam lengkap kekinian ’Assalamu alaikum wr wb, salam sejahtera bagi kita semua, shalom, om swastyastu, namo buddhaya, salam kebajikan.’
Guru besar itu minta sidang ditunda. Diminta promovendus mengulang salam yang benar. Sebab yang bersangkutan maupun peserta sidang seluruhnya adalah muslim.
Salam lintas agama ini menjadi budaya yang dikembangkan dan disosialisasikan. Kadang tidak sesuai tempat. Bahkan bagi para pejabat seolah wajib untuk bersalam seperti ini.
Padahal tidak memiliki landasan aturan yang jelas. Tampaknya ada ketakutan baru jika tidak bersalam lengkap maka dianggap intoleran, fanatik, bahkan radikal.