Ust. Fathuddin Ja’far
Perang “sandiwara 6 hari Arab-Israel 1967,” hanya melegalkan Yahudi menduduki 100% tanah Palestina, termasuk Gaza yang luasnya 1.3% dari total tanah Palestina.
Sebelumnya, Gaza di bawah pemerintahan Mesir dan juga dataran tinggi Golan yang sebelumnya menjadi wilayah Suriah.
Bisa saja ada yang berpendapat : Pupus sudah harapan penduduk Palestina memiliki sebuah negara seperti yang dijanjikan PBB dalam resolusi108 yang dikeluarkan 1947.
Apakah mungkin Palestina merdeka?
Kalau dilihat secara sepintas, sepertinya Palestina mustahil merdeka, karena semua kekuatan dunia, termasuk pemerintahan negara-negara Muslim sekitarnya terlibat dan bersatu menggagalkannya, secara terbuka maupun dengan sembunyi-sembunyi.
Semakin hari dan dari waktu ke waktu, kondisi Palestina dan penduduknya seakan semakin sulit dan terjepit, khususnya setelah Amerika menyatakan Hamas sebagai organisasi Teroris pada tahun 1993. Beberapa tahun kemudian diikuti Kanada, Australia, New Zeland dan Uni Eropa.
Bahkan pada tahun 2015, Pengadilan Mesir ikut-ikutan memasukan Hamas ke dalam kelompok teroris, karena Hamas mengikuti konsep dakwah Ikhwanul Muslimin.
Di sinilah kita perlu memahami bahwa Palestina dan negeri Syam lainnya adalah bumi yang diberkahi Allah dan dilindungi-Nya. Allah tidak akan membiarkan begitu saja bumi yang diberkahi-Nya.
Sedangkan berbagai ujian berat yang dialami kaum Muslimin di sana hanya proses dan filterisasi yang harus dilewati agar lahir kekuatan Jihad yang akan mengalahkan dan mengusir penjajah Yahudi dan para Mujahid dan pejuangnya di akhirat layak masuk syurga-Nya. (Al-Baqarah : 2014)
*Cara Allah Menghancurkan Yahudi Penjajah Palestina*
Bagaimana cara Allah menghancurkan kaum Yahudi penjajah Palestina?
Paling tidak ada tiga dalil yang sangat kuat dan sangat terpercaya yang akan menjawab dan menjelaskannya:
1. Pernyataan Allah sendiri dalam Al-Qur’an, seperti dalam surah Al-Isra’ ayat 4 – 8.
Dalam ayat-ayat tersebut, Allah menjelaskan bahwa kaum Yahudi atau Bani Israel melakukan kerusakan besar dua kali dan akan dihancurkan pula sebanyak dua kali.
Menurut sebagian ulama, kehancuran mereka pertama kali sekitar 500 SM, atau sekitar 1.100 tahun sebelum Nabi Muhammad Saw lahir, melalui seorang raja yang memiliki kekuasaan yang sangat luas dan bala tentara yang sangat kuat, berpusat di Babilonia Irak. Raja tersebut bernama Nebukadnezar II (Bukhtunsar).
Mereka memerangi dan membunuh kaum Yahudi serta menawan sebagian mereka untuk dijadikan budak dan buruh. Sebagian Yahudi berhasil lari ke Eropa.
Sejak itu, musnahlah riwayat Yahudi di Palestina sampai mereka mendeklarasikan kembali negara “Israel” 1948.
Sedangkan kehancuran kedua, adalah seperti yang dinanti-nanti kaum Muslimin dan banyak kaum lain yang masih punya fitrah dan nurani di dunia sekarang ini.
Menarik untuk dicermati, bahwa kehancuran Bani Israel tersebut sebagai hukuman Allah atas mereka di dunia sebelum di akhirat, karena mereka sombong, membangkang terhadap agama dan hukum Allah serta melakukan berbagai kejahatan dan kerusakan di atas muka bumi, seperti yang kita saksikan di Palestina sejak 1948 sampai detik ini.
2. Penjelasan Allah melalui lisan Rasulullah tercinta Muhammad shallallahu alaihi wasallam.
Rasulullah bersabda :
“Tidak akan terjadi hari kiamat, hingga kaum Muslimin memerangi Yahudi. Orang-orang Islam membunuh Yahudi sampai Yahudi bersembunyi di balik batu dan pohon. Namun batu atau pohon berkata, “Wahai muslim, wahai Abdullah (hamba Allah), inilah Yahudi di belakangku, kemarilah dan bunuh saja dia. Kecuali pohon Gharqad (yang tidak mau bicara), karena ia termasuk pohon Yahudi.” (HR Muslim dalam Shahih Jami’ Ash-shaghir, Al-Albani).
Dari hadits tersebut dapat dipahami tiga hal penting berikut :
A. Kehancuran kaum Bani Israel (Yahudi) kedua adalah suatu kepastian dari Allah, tidak diragukan sedikitpun, tinggal menunggu waktu sesuai yang ditetapkan-Nya.
B. Kehancuran Yahudi kedua diyakini di Palestina. Karena jika mereka tidak menjajah Palestina dan tinggal di negeri asal mereka di Eropa, Rusia dan Amerika, tidak mungkin kaum Muslimin memerangi dan membunuh mereka, bahkan haram hukumnya umat Islam memerangi dan membunuh manusia jika mereka tidak memerangi kaum Muslimin atau tidak menjajah Palestina atau negeri Islam lainnya.
C. Yang akan memerangi kaum Yahudi yang menjajah Palestina sekarang dan yang akan mengalahkan mereka, bukan hanya Mujahidin Palestina atau Gaza, tapi Mujahidin dari berbagai negeri Islam, khususnya negeri Syam dan Arab sekitarnya, karena dalam kontek batu dan pohon berbicara, Rasulullah membahasakannya, *wahai Muslim, wahai Abdullah (hamba Allah)*. Artinya, murni kelompok Mujahidin fi sabilillah dari berbagai negara/negeri Islam.
Semoga kemenangan Mujahidin Suriah 8 Desember 2024 lalu atas 53 tahun kekuasaan dinasti Asad yang menganut agama Syiah Ismailiyah, sebagai isyarat semakin dekatnya berita yang disampaikan Rasulullah tersebut menjadi kenyataan.
3. Fakta sejarah.
Palestina dan wilayah negeri Syam lainnya sudah pernah diperangi dan di jajah sebelumnya dua kali.
*Pertama*, perang Salib yang dicetuskan dan dimobilisasi pemimpin gereja Prancis, Paus Urbanus II berkolaborasi dengan otoritas politik/kerajaan saat itu.
Perang Salib (Cru sades) pun berlangsung selama 195 tahun, dari tahun 1096 – 1291.
Kaum Nasrani Eropa pernah menjajah Palestina sekitar 82 tahun sehingga kawasan Masjid Al-Aqsha sempat mereka rubah menjadi pusat ibadah mereka dan sebagiannya mereka jadikan kandang hewan ternak.
Dengan pertolongan Allah, di bawah pimpinan Shalahuddin Al- Ayubi, kaum Muslimin berhasil memerangi, membunuh, menawan dan mengusir kaum Salibis dari Palestina dan wilayah Syam lainnya dalam sebuah perang besar yang terkenal dengan sebutan *Perang Hith-Thin* pada hari Sabtu 25 Rabiul Akhir 583H, bertepatan dengan Juli 1187M.
Dalam perang Hith-Thin tersebut kaum Salibis bertekuk lutut dan menyatakan kekalahan
sehingga yang tersisa dari mereka pulang ke kampung asli mereka di berbagai negara Eropa.
Ratusan ribu wanita kristen yang tertinggal di Palestina meminta kepada Shalahuddin Al-Ayyubi, pemimpin besar umat Islam saat itu, agar dibantu pulang ke kampung mereka. Lalu dengan akhlak yang sangat mulia, Shalahuddin Al-Ayyubi melayani mereka dengan baik dan membantu semua biaya kepulangan mereka sampai ke kampung halaman masing-masing.
Tidak seorangpun dari mereka yang diganggu, apa lagi disakiti. Padahal bisa saja mereka dijadikan budak tawanan perang. Persis seperti yang dilakukan Hamas terhadap tawanan Yahudi sekarang ini.
*Kedua,* invasi pasukan Mongol yang dipimpin Hulagu Khan, seorang pangeran dari Kekaisaran Mongolia pada tahun 1258.
Mereka mengepung Baghdad beberapa bulan sehingga Baghdad, Ibu kota Khilafah Abbasiyah itu jatuh ke tangan mereka. Mereka melakukan penghancuran, pembakaran, pembunuhan dan berbagai kejahatan lainnya.
Setahun kemudian, 1259 pasukan Hulagu Khan melancarkan serangan ke Suriah dan wilayah Syam lainnya. Tahun 1260, Suriah dan wilayah sekitarnya ditaklukan pasukan Mongol.
Lalu Allah lahirkan pemimpin besar Mujahidin bernama Saifuddin Qutz dari kerajaan Mamalik yang berpusat di Mesir untuk mengalahkan pasukan Mongol dalam sebuah pertempuran bernama *Ain Jalut* yang terjadi pada tnggal 25 Ramadhan 658H, bertepatan dengan 3 September 1260.
Sejak pertempuran Ain Jalut tersebut, pasukan Mongol yang dipimpin Kitbuqa Noyan mulai mengalami kekalahan besar dan kabur dari Baghdad, Syam dan Mesir. Mereka pulang kampung secara sukarela.
Keajaiban terjadi, dengan takdir Allah, banyak pasukan Mongol yang masuk Islam sehingga mereka menyebarkan Islam di kawasan yang mereka lewati saat pulang ke Mongol, termasuk kawasan Asia Tengah dan Asia Selatan.
Kedua peristiwa besar tersebut adalah fakta sejarah yang tidak dapat dipungkiri, terukir dalam sejarah umat Islam dan dunia bahwa tidak ada manusia yang memerangi dan berupaya menjajah bumi Syam yang diberkahi Allah, khususnya Palestina dan Suriah, cepat atau lambat, kecuali mereka hancur dan menderita kerugian besar dalam segala hal.
*Bersambung*