Konsep hilirisasi yang digembar gemborkan dunia, termasuk di Indonesia hanya ibarat operasi plastik kaum LGBT, alias hanya operasi permukaannya saja. Efek negatif dari operasi tersebut dan kerusakan jiwa yang paling dalam yang terjadi dalam diri tidak diterapi, bahkan mungkin juga tidak terpikirkan terapinya dan bagaimana menterapinya, karena hati mereka sudah buta. (QS. Al-Hajj (22) : 46)
Contoh nyata lain depan mata dunia saat ini ialah tragedi kemanusiaan dari sebuah perang genosida di Gaza yang kita saksikan sejak 7 Oktober 2023 kuususnya dan semua wilayah Palestina umumnya sejak 76 tahun silam.
Apa yang terjadi sungguh sangat dahsyat membuat banyak sekali warga dunia geger. Namun PBB dan hampir semua pemimpin dunia hanya menonton saja, kalaupun beraksi hanya sebatas tuntutan dan celotehan lisan belaka.
Peristiwa genosida di Gaza saat ini hanya bentuk kecil dari malapetaka yang lahir dari rahim peradaban Barat yang hampa nilai dan kemanusiaan. Apa yang telah dirusak peradaban Barat kapitalis dan Timur sosialis satu abad belakangan sungguh sangat luar biasa.
Akibatnya, kecanggihan teknologi persenjataan dan perangkat pendukungnya digunakan untuk kejahatan perang dan kemanusiaan dan dominasi penjajahan.
Yang lebih sadis lagi ialah, negara-negara Barat, khusunya Amerika, Inggris, Perancis, Jerman, Australia dan sebagainya yang berteriak demokrasi, hak asasi manusia, kemanusiaan, persamaan hak dan persaudaraan 24 jam sehari sejak satu abad belakangan, terlibat secara langsung dalam kejahatan kemanusian dan menciptakan serta melanjutkan penjajahan Yahudi atas bumi Palestina.
Masih pantaskah peradaban mereka kita jiplak dan telan mentah-mentah?