KH Luthfi Bashori: Tokoh Nyeleneh dan Menentang Syariat Itu, Bukan Panutan yang Pantas Diikuti

Hal ini karena masyarakat awam, kadangkala `menggebyah uyah` atau menyamaratakan saat menghukumi pelanggaran etika yang dilakukan oleh Sang Oknum.

Contoh kongkrit, dulu ada seorang mantan petinju, yang badannya dibalut dengan tato, serta memelihara anjing Herder, tiba-tiba mentahbiskan diri sebagai Kiai atau Gus. Bahkan karena suatu sebab, keberadaannya dibollow up oleh media.

Oknum ini mengajarkan ritual ‘nyelenehnya’ yaitu mengajak para pengikutnya untuk shalat berjamaah dengan menggunakan dwi bahasa.

Padahal jika ditilik dengan seksama, maka background hidupnya sangat bertentangan dengan `rukun dan syarat` menjadi figur seorang ulama panutan.

Belum lagi yang lagi marak di medsos, adanya oknum dari anak-anak muda, entah itu dari kalangan ustadz, lora, gus, yek, terutama yang sedang naik daun di dunia medsos, namun perilakunya tidak dapat menjaga akhlaq dan adab sopan santunnya terhadap orang-orang shalih yang jauh lebih sepuh daripadanya. Tentu yang seperti ini sangat memprihatinkan.