Mengenal Syafruddin Prawiranegara, ‘Presiden’ Indonesia yang Terlupakan

Dalam perjalanan kariernya, Syafruddin diangkat sebagai perdana Menteri Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) yang berdiri tahun 1958.

PRRI dibentuk akibat ketidakpuasan kepada pemerintah karena terjadinya ketimpangan sosial dan pengaruh komunis (partai PKI) yang semakin kuat.

Syafruddin membentuk kabinet tandingan yang berbasis di Sumatra Tengah sebagai jawaban atas dibentuknya kabinet Ir. Jaunda di Jawa.

Perlawanan atau pemberontakan PRRI pun tidak berlangsung lama. Bulan Agustus 1958, berakhirlah perlawanan PRRI dan daerah yang sempat tergabung dengan PRRI kembali kepada kekuasaan pemerintah pusat di Jakarta.

Melalui keputusan Presiden RI No. 449/1961, menetapkan amnesti dan abolisi bagi orang yang tersangkut pemberontakan, termasuk PRRI.

Meski demikian, Syafruddin adalah seorang pahlawan dan pejuang kemerdekaan Republik Indonesia yang juga banyak sumbangsihnya pada bangsa.

Saat bertahun-tahun di dunia politik, Syafruddin pun memilih untuk berdakwah sebagai kesibukan di masa tuanya.

Bahkan dalam pernyataan ia mengatakan, “Saya ingin mati di dalam islam. Dan ingin menyadarkan bahwa kita tidak perlu takut kepada manusia, tetapi takutlah kepada Allah,” ujar Syafruddin tentang aktivitasnya.

Betapa hebatnya ia tentang kekonsistenan dan keberanian dalam menyadarkan manusia lewat dakwah-dakwah islamnya.

Meskipun, akhirnya dakwah ia sering kali dihalangi oleh pemerintah karena dianggap membuat agitasi dan membelok dari pemerintahan Soekarno.

Oleh sebab itu, penting bagi generasi untuk tidak menghilangkan, apalagi melupakan jejak ia. Selain karena ia sempat menjadi Presiden RI dalam waktu singkat, jasa ia pada bangsa ini pun amatlah besar.

“Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawan-pahlawannya.” Ir. Soekarno. [Suara]

 

Referensi: 

Raditya, Iswara N (Tirto.id). “Sejarah 15 Februari 1989: “Presiden” Syafruddin Prawiranegara Wafat”, Diakses melalui Tirto.

Prasetya, Johan. “Pahlawan-Pahlawan Bangsa yang Terlupakan.” Penerbit Saufa.